Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

BAHARI LAMONGAN

Batuan senja cahaya hasta Ombak berjajar di muara api Elok matahari terbias di jagat barat Biru kekal berakar Terpana akan muncul biru sahajamu Lamongan jauh di pandang Kota kecil indah raganya Indah bahari corak rupawan Sumber kehidupan nyata Kekayaan isiku abadi tak terjamah waktu Daun kering sembunyi di balik pasir Selembar demi selembar tapi tertata Sayup gemetar menjalar Rindu ombak siapa yang tahu? Roda ilahi berkibar sejati Rawat aku dengan sepenuh energi paruhmu Taruh aku di pundak hasta jemari tanganmu Secerca syair indah menghantar amanat kecilku Menjulang jauh tak tergapai mata sayuku Hanya terjemah di lubuk hati nestapa

BELATI TAK BERMAKSUD

Tubuh melayang mengundai di pelukan malam Pisau menusuk rusuk kalbu siang bolong itu Serasa menyayat hati kelabu panjang kemarin sore Tergores luka bercucuran darah tangis di sudut mata Mengayunkan tangan dengan irama hati suka penuh duka dan lara Namun belati itu tak menusuk waktu Waktu mencari jalan kenangan tengah malam nanti Tapi kenangan di kala itu Menggoreskan sajadah panjang di sudut kenangan masa lalu Angin juga mencari sajak ku yang hilang melayang karena pisau tajam di bawah  rembulan sayu Aku bertanya pada siapa? Dimana sajak tanpa alur yang terhempas angin itu Di perempatan gardu besar ku mencari – cari Siang malam berbisik mungkin belati itu tahu Memang tajam tapi mengingatkan sesuatu Sajak ku tak berirama namun berarti Dari belati berkisahkan suka saat senja saat ini Membingungkan tapi kiasan penuh makna Waktu mendayu mengejar sajak yang tak pada tempatnya Angin, dimana sajakku? Siang ku berharap jatuh o...

DIA SI HILANG

Hidup punya sendi untuk berputar Seisinya juga mengikutinya Beribu – ribu macam kehidupan Namun cintaku padamu yang begitu mengalir Andai aku tuhan Akan ku kirimkan malaikat – malaikat ku yang lembut, yang halus untuk menggantikan pelukanku, cumbuanku, dan mesraku malam sirna tanpa kerinduanmu aku seperti gelandangan mengais dijalan trotoar hidupku pudar memutar cinta kasihku berlandaskan ayat suci di hatiku Dalam malam ku bergelut dosa do’a dalam sajadah panjang Tapi aku tak mendengar bisikan tuhan Apa mungkin tuhan juga mencari dia si kekasih Tuhan kau punya bermacam malaikat Kirimkan malaikatmu, jaga tetesan air di kelopak matanya Rinduku sudah terkapar Sayangku terbakar Cintaku hangus tersayat gelora cinta ayat suci Oh Tuhan, licik kah dirimu Kau sembunyikan sinar terang dihatiku Seakan –akan kau buat drama tanpa akhir Mulut – mulut malaikat kau bungkam, kau tutupi kain nodamu Dimana dia? Aku bertanya pada siapa? Tuha...

MALAM HARAPAN

Rasa ini semakin terpancar Keheningan malam bertabur diatas untaian kasih mesrah Jauh tak terasa, dekat pun hampir terasa Di sajadah benang merah terlintas doa panjang tersirat kasih sayang Ragamu sangat jauh tapi untaian doa mu terasa di malam – malam itu                                Tangan ku menggegam ragamu namun tak begitu mampu Ingin ku belai rambut hitam panjang merona nan mewangi surga itu Pikiran terbayang wajah indah rupawanmu Terlintas goresan kenangan indah saat bersamamu di kala itu Tetapkan hati teguhkan niat, jarak panjang bukan halangan untuk bersama Anggap ini cobaan menuju sebuah penantian yang tersusun oleh tuhan Raga boleh jauh tapi hati telah menyatu Hembusan angin berharap bisa menghantar kesepian malam yang membutuhkan cengkrama mulut manismu Inginku selalu berada di pel...

ALAM NYATA

Indah di pajajaran mata Tuhan menciptakan sekelopak keindahan di pandang mata telanjang Alam bersahabat bercerita sejenak melupakan kepenatan kerinduan alam Mata di buat layu oleh indah panorama cinta Namun awan hitam mengalahkan indah awan biru yang menyelimuti pekarangan alam Rinduku terpaku di dinding putih bergores parutan nafsu Bercucuran air mata terbawa ke sanubari keindahan nyata Subhanallah... lubuk hati ku mengucap seiring panorama yang tiada henti Menyinarkan sinar keagungan      

RINDU KUASA

Aku rindu Allah Engkau si Allah Tuhan jagad semesta Tanah rindu Allah Pohon juga rindu Semesta alam juga rindu Tak ada yang pantas dirindu – rindukan kecuali engkau Segila – gilanya cinta tak pantas bila tak rindu Allah Cinta berlandas Allah Sayang berpijak sang ilahi robbi Satu wujud berjuta kerinduan Rindu istri tak seberat rindunya Ridu khamer tak seberat rindunya Bunga melamun merana Alam bergulat bercanda Sajak ku berjajar berirama Tanda rindu tak terkira Awan bercahaya di pelukan ilahi Satu makna satu keesaan cinta

PALSU

Tubuh ragaku dihadapkan harapan pudar Kaki langkahku seraya tak ada guna Cucuran suara berlandaskan perasaan air mata Rakyat diwakilkan Tapi suara tak keluar Mulut dibungkam kertas hina Gedungmu tak semegah tanggung jawabmu Harta negara kau makan sekeluarga Politik alasan palsumu Keluarga alasan palsumu belaka Aku melihat manusia berkeliat darah di wajahnya tanpa usapan Ketika harapan diminta Hidupmu seakan tanpa upaya jeratan air mata Wajah palsumu menyinari keindahan indonsia Yang nyata maupun hina tak kasap mata

JERIT HATI

Jerit puisi dibakar tungku api Aku bertanya siapa diriku Serasa tak seberapa ku mengaduh Dosaku tercucur di sajadah qolbu Pengakuan akan hamba Mu ku tak sangka Siapa diriku meminta Tuhan Air mata berlinang di sepanjang jalan Jalan setapak di lautan alam fana Tanganku mengadah sambil berirama Harus menunggu kapan, bagaimana dan dimana? Sajak ini penghantar bila ku ragu pada Mu Aku lelah Inginku hapus cobaan yang berlalu Cobaan yang tak mampu membuat ku dewasa Aku tak tahu macam apa dewasa Titik kedewasaan terbuat dari apa ini? Penuh tekanan Hidup bergelantungan Terjerat kemanjaan Tuhan Lihat sajadah kecil penghantar ku padamu Beribu tetes air berjatuhan di benang rajutan kusam Bukti tulus ku bergantung Sosok pengkabulan curahan hamba Nya Aku percaya pada Mu Jika sajak tak juga sampai Apa daya do’a mulut tersirat dalam hati Bila raga ku tak Kau sentuh tak henti ku mengaduh

SEGILA - GILANYA

Surga berjalan dalam tatapan sendu Rerumputan tinggi bergerak menjulang kuasanya Gedung berangkasa Rumah – rumah merendah Jalanan berkumis hitam suara nyanyian orang gila Sajak – sajak menyapa Irama dari alam dasar jiwa bergumam “ Ini hanya tipuan senja, bukan tipuan orang gila” Orang gila menangis Orang gila tertawa Orang gila bersujud Sang penakluk dunia di peradabannya Tertawa sambil minum gula batu di tangannya Terhimpun eloknya sinar kemestaan dunia Tertindih batu jalanan Terayunkan debu – debu otak sarafnya Dibalik awan hanya sinar terang dipandang Oh.. dia gila otaknya Gila saraf pusarnya Tergila – gila oleh sabda tuhan Yang tercemin dalam rerumputan Terhimpit cinta tuhan yang bergandengan Dua tangan antara gila dan sadar Gila karena cinta tuhan Sadar oleh nikmat tuhan

KELABU INDAH MERANA MERONA

Sajak roda malam berpagar tanaman Lampu neon terukir dalam surat bahasamu Aku berguling diruang irama senja yang berpautan Hati menusuk waktu dalam ratapan sendu Roda memutar pada rona bilik kesucian Pada angin, pada hidup memandang semu pada sosok kelabu Rumah tuhan Balkon tuhan Tembus angan surga Berkelok – kelok diatas pusaran garis pandangan Ratapan anak malang di sudut penderitaan rakyat jelata Tuhan bermakna Tapi tidak pada intisari kata Berujung di sandaran pundak belalang yang hinggap di ilalang Tubuh melayang pada garis biru uraian soal air mata Dalam rindu Bertuliskan gores goresan kecup paras menggoda Sejarah berlilit hasrat memikat rupa Bergeming diantara pasir hitam di balik rerumputan Rasa hitam mengecap dari pusatnya pangkal lidah Seakan angan – angan pudar dalam wajah tuhan Tapi di balik layar tersenyumlah gelombang kemesraan tokonya alam Berpautan, berpancingan dari sukma – sukma kecil yang hinggap di urat sara...

CURAHAN PEMERHATI

Bergelegar dalam untaian rasa keseimbangan Keseimbangan rasa jalinan kemesraan di penghujung rasa Eratkan tangan, genggam kesedihan dengan pengorbanan hati Rautan anak kecil di jajaran petinggi dusta Terima dia dalam raungan wajah senyum menggoda Tuhan tak punya mata, tapi dia bisa melihat Tuhan tak berhati tapi dia bisa merasakan Merasakan jeritan hati budaknya Lakukan keikhlasan dalam hatimu Puncak pengorbanan bisa dirasakan dalam hati para pemikirnya Cahaya hati di dasar keikhlasan Hati anak kecil menjerit rindu suara hati dari para pendidik akalnya Membangun cinta dalam belenggu kemesraan Sajakku berharap membangun cinta dalam kemesraan akal pikiran si pujangga Hidup bukan siapa yang memiliki tapi siapa yang berarti             

PENGAKUAN ORANG

Uang bergelimang merayap di tembok kekuasaan Meratapi nasib kemalangan yang melanda orang sekitar Anak kecil berguling di perempatan lampu merah Bapak – bapak menangis di sudut perjanjian Ibu – ibu memasak harapan orang besar Para pemuda bergumam “Ini bukan negara, ini hanya kebangkitan sepotong Kertas putih berlandaskan tinta kemerahan” Upaya cinta kemesraan kita Bela cinta dengan tenaga jerih paya Senasi tak ada, cangkul pun bersuara Kekayaan tak mencirikan perbuatan seseorang Tanah subur ekonomi makmur

MENCARI AKAL

Hilang akal tanpa sadar Ku temukan jejak setapak di pelipis lara Di pinggir jalan akal tercecer Banyak kepala tanpa akal Anak – anak butuh akal Jalanan pun butuh akal Namun akal berbisu pada sang pemiliknya Hanya bersandar pada untaian meja Tuhan tertawa Langit juga tertawa Bumi ikut kehilangan akalnya Presiden kehilangan akal DPR kehilangan akal Mentri ikut presiden Mereka bertelanjang di telucuti dosa Hari berputar Atas ke bawah Belakang ke depan Tak pada rotasi Galaxy tanpa aturan Waktu semakin tak jelas Belajar dari pohon Pohon belajar dari jalanan Budak negara Manusia tanpa akal Di bawa lari anjing nakal Sebaris puisi tak terwakilkan Hidup berujung Tapi kematian tak berujung Akal boleh tumpul Tapi jangan setumpul otak baju

LUKISAN MALAM

Aku duduk melihat bulan dipangkuan malam Belajar dari bintang, dari awan juga dari galaxy alam Menghayati bulan yang terkikis oleh mtahari Ini sebuah kerinduan tanpa obat Malam tanpa surauan Kerinduan seseorang tentang hidup tanpa angan Malam bukan berarti gelap Gelap hanya untuk orang – orang buta otaknya Dia hidup dari tembok belenggu kebodohan Yang bersembunyi dari kenyataan hidup Siang bukan berarti terang Terang bercahaya menyinari otak – otak yang kejahiliyaan Malam adalah ukiran dindingnya awan –awan Membentuk untaian tali putus - putus di ujung - ujungnya Suatu malam pernah ku melukis dirimu dalam ranjang Tubuhmu berbalut sutra tipis di separuh badanmu Menerawang tubuhmu yang elok bersinar dalam kemalaman Dengan menikmati lengkapnya dunia di sebuah titik di tubuhmu Oh... sebuah prasasti tanpa ukiran Melengok – lengok sesuai irama kemesraan Malam itu pudar menuju ke rotasi bintang Berjajar sesuai sumbu pola intinya Beris...