Tubuh melayang mengundai di pelukan malam
Pisau menusuk rusuk kalbu siang bolong itu
Serasa menyayat hati kelabu panjang kemarin sore
Tergores luka bercucuran darah tangis di sudut mata
Mengayunkan tangan dengan irama hati suka penuh duka dan lara
Namun belati itu tak menusuk waktu
Waktu mencari jalan kenangan tengah malam nanti
Tapi kenangan di kala itu
Menggoreskan sajadah panjang di sudut kenangan masa lalu
Angin juga mencari sajak ku yang hilang melayang karena pisau tajam di
bawah
rembulan sayu
Aku bertanya pada siapa?
Dimana sajak tanpa alur yang terhempas angin itu
Di perempatan gardu besar ku mencari – cari
Siang malam berbisik mungkin belati itu tahu
Memang tajam tapi mengingatkan sesuatu
Sajak ku tak berirama namun berarti
Dari belati berkisahkan suka saat senja saat ini
Membingungkan tapi kiasan penuh makna
Waktu mendayu mengejar sajak yang tak pada tempatnya
Angin, dimana sajakku?
Siang ku berharap jatuh orang yang tepat
Sajak – sajak ku memilih kemana tempat dia mau
Aku balut dia dengan rangkaian kata penuh pesona
Tafsiran terbeda tapi tetap membingungkan
Kuharap kau orang yang tepat
Sajakku sendiri yang akan berbicara kepadamu
Menjelaskan isi dan maksud hati ku membuat
Berharap angin tak salah tempat untuk menjatuhkannya
Komentar
Posting Komentar