Sajak roda malam berpagar tanaman
Lampu neon terukir dalam surat bahasamu
Aku berguling diruang irama senja yang berpautan
Hati menusuk waktu dalam ratapan sendu
Roda memutar pada rona bilik kesucian
Pada angin, pada hidup memandang semu pada sosok kelabu
Rumah tuhan
Balkon tuhan
Tembus angan surga
Berkelok – kelok diatas pusaran garis pandangan
Ratapan anak malang di sudut penderitaan rakyat jelata
Tuhan bermakna
Tapi tidak pada intisari kata
Berujung di sandaran pundak belalang yang hinggap di ilalang
Tubuh melayang pada garis biru uraian soal air mata
Dalam rindu
Bertuliskan gores goresan kecup paras menggoda
Sejarah berlilit hasrat memikat rupa
Bergeming diantara pasir hitam di balik rerumputan
Rasa hitam mengecap dari pusatnya pangkal lidah
Seakan angan – angan pudar dalam wajah tuhan
Tapi di balik layar tersenyumlah gelombang kemesraan tokonya alam
Berpautan, berpancingan dari sukma – sukma kecil yang hinggap di urat saraf
tuhan
Tertipu indahnya api yang menyambar pada naungan bunga
Ternoda pada pijakan hasrat nafsu bimbang
Ketika seelok bungah teratai yang disinari secuil matahari basah
Berbagai rona wangi di dasar surga
Dosa bertelanjang di depan jalanan
Menghampiri anak yang menjilat pasir trotoar
Jatuh hinggap di jalanan petinggi dusta
Menjama mulut dangkal di pelipis peradapan
Berkelopak selayar jauh kaki melayang
Menyangga perumpamaan
Tanpa perwujudan
Mendorong rindu bertatap sendu
Komentar
Posting Komentar