Langsung ke konten utama

Postingan

Bagaimana Upaya Pemdes Menjadikan Miru Sebagai Sentra Petani Tanaman Hias di Gresik

Sejak krisis moneter tahun 1998, Indonesia mengalami krisis ekonomi besar-besaran. Saat itu dampaknya juga berimbas ke penduduk Indonesia, terutama para pedagang kecil di sudut-sudut kota.  Nurul Huda contohnya, penjual bunga keliling di Surabaya yang memutuskan untuk pulang kampung ke Dusunnya Miru Banyurip Kedamean Gresik. Setelah pulang ia di kampung tetap konsisten berjualan bunga, tetapi sudah tidak keliling seperti di Surabaya. Cerita tersebut mengawali bagaimana sejarah Miru sekarang bisa menjadi sentra tanaman hias di Gresik. Awalnya hanya satu atau dua orang saja yang memulai usaha menjual bunga. Kemudian banyak warga yang pulang kampung, akhirnya mereka membuka usaha jual bunga di lahan seadanya yang mereka punya. Sepanjang perjalanan itu, lambat laun sampai tahun 2010, pihak dusun yang dipelopori Kepala Dusun Miru Muhammad Ismail berinisiatif membuka lahan di tanah Kas Desa (TKD) untuk dipakai warga berjualan. “Ya waktu itu saya berinisiatif ...

Keterasingan Akademisi dari Perumusan Kebijakan Publik

Secara eksplisit, dalam rangka pengawalan kebijakan publik, tentunya perlu batasan-batasan yang mana itu tidak mungkin dilakukan sendiri oleh para pejabat pimpinan. Karena setiap perumusan kebijakan, diperlukan adanya rekomendasi-rekomendasi lebih lanjut agar kebijakan bisa terealisasi dengan pas dan tepat sasaran. Sangat tidak mungkin, ketika pemimpin sedang merencanakan kebijakan, ia tidak menyentil sama sekali pihak-pihak luar yang notabenenya mereka ahli di bidangnya masing-masing. Dan itu bisa disesuaikan dengan bentuk kebijakan apa yang akan dikeluarkan. Jika mengambil definisi dari Robert Eyestone, Kebijakan Publik merupakan satuan unit pemerintah yang memengaruhi lingkungannya. Sedangkan Ricard Rose menambahkan, di balik kebijakan selalu menimbulkan konsekuensi, dan itu yang bisa merasakan adalah mereka yang dikenai target kebijakan. Ketidaktepatan sasaran membuat anggota masyarakat merasa sengsara dan kesusahan sendiri. Padahal, sebenarnya kalau kita i...

Kiprah Haromain Bookstore, dari Gresik sampai ke Aceh

Dari banyaknya masyarakat Gresik dan pengusaha di Gresik, mungkin hanya sebagian dari mereka berprofesi menjual buku. Kita tidak bisa memungkiri juga, atmosfer literasi suatu daerah sangat memengaruhi profesi tersebut. Hanya mereka yang benar-benar tekun mencintai buku, yang mampu berpikir mengembangkan kecintaannya ke dalam dunia bisnis. Iklim tersebut berbeda di kota-kota lain, misal saja di Yogyakarta, Bandung, Jakarta, atau yang lainnya. Bahkan bukan satu atau dua orang menyebut Jogja sebagai kebunnya para ilmuwan, seniman, penulis, dan budayawan. Dari situ Jogja selalu dikarakterkan sebagai kota pelajar sekaligus juga literasi. Berbeda dengan Gresik, orang yang menggeluti dunia buku sampai dijadikan usaha jumlahnya sangat sedikit. Lebih banyak dihuni para pekerja.   Entah sedikit itu pada dasarnya ada tapi media dan masyarakat tidak tahu apa memang benar-benar tidak ada. Kita sekarang coba jangan terlalu membatasai literasi adalah dunianya anak intelektual...

Gus Dur: Islam Primordial dan Liberal

“Dari pemikiran dan gagasan Gus Dur yang ditawarkan selama ini, ada kesan bahwa benang merah gagasannya mengacu kepada Islam yang berdimensi substansial. Hal itu dapat dilihat dari pandangannya mengenai Alquran yang harus dipahami secara kontekstual sesuai dengan kehidupan sosio-kultural yang terus berkembang” -  Abd A’la dalam Buku “Gus Dur, Pergulatan Antara tradisionalis vs Liberalis,” hal. 42. Begitulah cara Abd A’la dalam mendeskripsikan sosok Gus Dur. Selama ini, kita mengenal Gus Dur adalah sosok pemikir cakrawala, berkacamata banyak, dan selalu mempunyai sudut pandang berbeda dengan orang pada umumnya. Maklum saja, menurut cerita banyak teman dekatnya, Gus Dur di masa muda memang gemar membaca. Semua buku berbagai genre dilahap habis. Dari situ, kita tidak perlu merisaukan gaya berpikir Gus Dur. Sebagai seorang ulama’ berintelektual, sudah sewajarnya ia memiliki cara pandang berbeda. Jangan kaget apabila Gus Dur paham terkait munculnya fenomena dan wacana-wacana bar...

Kemenangan Kita untuk Siapa?

Tidak pernah saya menjumpai suatu penjelasan mengenai makna substansial dari kata lebaran. Secara tafsir budaya, tanpa kita mencari terlalu dalam makna lebaran, kita sebenarnya sudah mengerti dengan sendirinya. Kenapa orang begitu kuat keinginannya untuk mudik, lalu kenapa harus ada momen terlebih dahulu kalau hanya sekadar meminta maaf ke sesama. Dua indikator yang saya sebutkan di atas merupakan satu korelasi yang saling berhubungan kuat. Tujuannya saya coba galih agak dalam agar makna lebaran itu bisa kita raih melalui ijtihad diri kita sendiri tanpa melalui media apapun. Meski tidak terlalu presisi, tetapi kepuasan jawaban akan lebih dapat ketika kita mampu mencarinya sendiri, tanpa harus berpatokan pada siapapun. Fenomena baju lebaran yang serba baru juga tidak kalah penting untuk dicari penyebab pastinya. Bagaimana hukum budaya semacam itu bila masih ada tetangga kita yang butuh uluran tangan kita bersama. Seperti halnya hukum kenapa harus pergi haji berkali-kali, di ...

Seni Membunuh Petani

Sebagai seorang anak kampung tulen, memang pantas saya dipanggil anak petani. Tanpa menunggu legitimasi, itu sudah melegitimasi dengan sendirinya. Sama halnya anak desa yang entah itu belajar atau bekerja ke kota, pasti teman-teman kotanya secara tidak langsung melebeli dia sebagai anak petani.  Begitu pun saat anak kota ingin pergi ke desa, yang disasar pasti ingin melihat pemandangan hijau persawahan dan perkebunan. Suasana desa nyatanya masih dibutuhkan bagi mereka yang suntuk dengan suasana hiruk pikuk perkotaan.  Itu hanya sebagian, belum lagi para pembesar di kota-kota sana yang berasal dari desa. Ia merantau ke kota dengan niat ingin mengubah nasib. Salah satu caranya menjadi pejabat publik. Selain punya uang, di pikiran mereka pejabat akan disegani di mana-mana, khususnya ketika pulang ke kampung halaman. Kita tidak bisa menafikan pandangan masyarakat. Pejabat adalah orang penting, banyak uang, dan berintelektual. Sehingga kultur maindset orang desa ketika ...

Kritik Iklan Pejabat adalah Ritus yang Sia-Sia

               Sumber gambar: suara.com - Kondisi psikis seseorang di kala Pandemi sungguh sulit ditebak. Kadar emosionalnya tidak bisa diterka-terka. Kadang naik, kadang turun. Bergantung konteks yang mereka hadapi. Maklum saja, konteks masalahnya sangat beragam. Dari pusingnya soal ekonomi, ribetnya urusan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berjilid-jilid, sampai di titik keegoisan para pejabat yang berlomba-lomba memasang baliho di tengah derasnya problem kesejahteraan masyarakat kecil. Dari pusingnya soal ekonomi, ribetnya urusan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berjilid-jilid, sampai di titik keegoisan para pejabat yang berlomba-lomba memasang baliho di tengah derasnya problem kesejahteraan masyarakat kecil. Dari sekian banyak kebingungan itu, salah satu yang perlu diulas adalah lucunya sikap para pejabat elite politik kita. Mereka tidak sadar dengan masalah di arus bawah yang kian hari semakin be...