Langsung ke konten utama

Postingan

Cak Imam dan Evolusi Sampah

(Pernah dimuat di gresikpos.com dengan edisi revisi) - Semakin banyak sampah di suatu daerah, otomatis banyak juga masyarakat yang peduli terhadap sampah itu. Kerja mereka sebagai penyeimbang di kala banyak sampah yang tidak terurus.  Sama halnya di Kabupaten Gresik. Masalah sampah terus jadi bahan olok-olok di luaran sana. Bila dikaji, akan timbul banyak materi konflik yang tak pernah usai dibahas. Bahkan di masa Pemilihan kepala Daerah (PILKADA) beberapa waktu lalu, sampah dimanfaatkan sebagai objek janji kampanye politik kedua paslon. Kegentingan pengelolaan sampah terjadi dalam kurun waktu yang sangat panjang dan itu tetap berlangsung. Amburadulnya penanganan sampah menjadi momok menakutkan bagi masyarakat setempat karena sudah barang tentu hubungan manusia dengan sampah adalah dua unsur komponen hidup yang terus bersanding, meskipun berseberangan.   Bisa kita lihat bersama bagaimana pemerintah setempat tidak serius menangani sampah di daerahnya. Dari total 356...

Belajar Realitas Hidup di Sekolahan

Semenjak jadi guru baru itu, mau tidak mau Basuki harus belajar kembali materi-materi yang dibuat bahan ajar ke para siswanya. Dari satu teks ke teks lainnya. Per teks diteliti lebih dalam lagi bagaimana maksud dan apa poin-poin yang perlu disampaikan. Ia juga tak lupa mencari-cari referensi model pembelajaran terkini. Maklum saja, satu tahun pasca lulus, ia sama sekali belum pernah berkerja jadi seorang guru. Pernah sekali, itu pun hanya magang di Probolinggo. Meskipun magang, Basuki merasa magangnya tidak seperti pada umumnya.  Kebetulan waktu itu kelompok Basuki berjumlah lima orang. Cocok sama jumlah guru bahasa Indonesia di sana. Sehingga per anak mendapat jatah jam fullnya per guru.  Biasanya anak magang hanya diberi sebagian waktu saja, tetapi untuk hal ini berbeda. Semua waktu pelajaran dialihkan ke anak magang. Meski magang, Basuki dan beberapa temannya tidak seperti magang, tapi sudah sama seperti guru.  Ia hanya diberi waktu kosong saat pembukaan PP...

Jalan Ninja Baru bagi Basuki

Saat pertama kali Basuki jadi guru Bahasa Indonesia, ia masih heran dengan dirinya sendiri, karena tiap kali menatap cermin, batinnya selalu bilang : "Apakah saya pantas menjadi guru?". Pertanyaan itu berulang kali ditanyakan pada dirinya sendiri. Mirip pertanyaan retoris yang tidak perlu dijawab, lantaran pertanyaannya itu mengandung makna penegasan.  Seolah-olah penegasan tersebut ditujukan untuk menegaskan dirinya sendiri kalau ia harus benar-benar yakin dengan profesi keguruannya. Ketakutan semacam itu sering juga dialami banyak orang. Bukan hanya Basuki. Apalagi semenjak ia mengambil jeda selama setahun untuk bekerja di bidang lain, kemudian kembali lagi ke dunia asalnya menjadi seorang guru. Pasti rasa deg-degan itu muncul begitu saja. Sama halnya ketika ia menjalani praktik mengajar di Probolinggo waktu itu. Sepintas ia merasa wajahnya masih muda dibanding para siswanya. Sehingga ia memutuskan membuat pilihan untuk membiarkan kumisnya tumbuh. Keputusan itu ...

Terorisme dan Wujud Cinta Tuhan Pada Setiap Manusia

Dimuat di Gresik Pos pada (05/04/21). Sempat beberapa hari lalu, di sela-sela kewajiban menulis, saya sempatkan membuka laman You Tube sambil mencari beberapa referensi guna menunjang kebutuhan tulisan saya. Di saat yang bersamaan, tidak ada angin apapun tiba-tiba saya ingin melihat kembali video tentang Gus Dur. Kebetulan saya suka melihat ulasan kembali dari orang-orang terdekatnya, utamanya waktu itu anak-anak Gus Dur yang disiarkan di salah satu stasiun televisi swasta dengan mengaitkan beberapa fenomena yang terjadi belakangan ini. Entah bagaimana alurnya, saat video berpulangnya Gus Dur diputar, putra-putri Gus Dur meneteskan air mata, disusul perasan sedih saya muncul dengan sendirinya. Bukan sok cengeng atau bagaimana. Saya merepresentasikan Gus Dur sebagai bapak bangsa pembawa nilai luhur yang tiada tanding. Jasanya begitu sangat besar. Tidak hanya soal kenangan atau sebagainya, melainkan itu sebuah bekal untuk melihat Indonesia di masa mendatang. Minimal bagi...

Manusia Tidak Sadar, Selama ini Umurnya Dirawat oleh Alam

Dimuat di Gresik Pos Kamis (25/03/21) Kata alam jangan diasumsikan terlalu jauh, takutnya nanti kalian tidak bisa kembali. Kita sama-sama berpikir sederhana saja, alam adalah lingkungan yang kita huni. Apa yang kita lihat, rasakan, dan alami saat ini, itu adalah pantulan dari alam. tidak usah berpikir berat soal alam kesemestaan, cukup pembatas itu saja, nanti akan kita ulas bersama. Jujur saja saya agak bingung ketika diminta mendefinisikan soal sampah, bukan hanya saya, tidak menutup kemungkinan kalian juga sama. Memang hal lumrah bagi manusia, karena setiap hari benda-benda itu yang menghasilkan adalah diri kita sendiri. Bisa dihitung sederhana, sehari kita buang air besar, kecil, kencing, mandi berapa kali. Pernah tidak kita menghitungnya. Belum sampah-sampah lain. Itu hanya satu orang, bayangkan di semesta ini dihuni berapa banyak makhluk hidup, khususnya manusia. Pernah tidak terbesit di pikiran kalian bahwa kita di bumi ini hanya merusak. Sesuai dengan ayat ...

Penjaga Portal dan Kesalahan Berpikir ala Corona

Dimuat di Gresik Pos pada Senin (22/03/21) Pada awal Pandemi, semua orang tampak gugup mengahadapi virus macam satu ini. Datangnya tiba-tiba, tanpa permisi dan mengucap salam. Kita tidak bisa mengira-ngira kalau itu bakal terjadi. Bahkan saya sendiri, pertama masih belum percaya, tetapi lama-lama dengan rentan waktu yang begitu panjang, virus ini tak kunjung henti. Mau tidak mau kita semua harus berterima jika virus itu memang ada. Dengan kedatangan yang tidak direncanakan, Covid-19 menjadi peluru ampuh yang siap diluncurkan di mana pun. Meski bersifat ghoib atau tidak terlihat, tapi efeknya sangat bisa dirasakan. Terutama soal ekonomi, Corona melakukan pelesiran yang begitu tajam. Imbasnya hampir bisa dirasakan manusia seluruh dunia. Selain ekonomi, sosial juga tak kalah penting. Indonesia dikenal sebagai negara yang ramah tamah dan sesrawungan. Apalagi saya sebagai orang Jawa, makan atau tidak makan, saya harus tetap kumpul. Tanpa terkecuali, di semua kegiatan, saya seper...

Sang Penulis Abu-Abu yang Setia: Herry Lamongan

Membahas salah satu penyair kondang yang masih tetap setia dengan kampung halamannya yakni Herry Lamongan. Herry Lamongan adalah seorang yang mempunyai tittle  Sang Begawan yang disematkan padanya karena telah mengabdi di Lamongan Hingga 60 tahun kepenyairannya. Sebelum penyair ini terjun dalam dunia sastra, beliau adalah seorang maniak lukisan. Namun, ia terjun dalam dunia sastra karena hobinya maniak lukis itu tidak sampai pada dirinya. Tulisan yang dipersembahkan oleh Herry ini susah ketebak dan misterius. Pembaca perlu membacanya 2 hingga 5 kali baru paham tentang tulisan puisinya. Masih menggunakan ejaan lama, tulisan tulisan berupa puisi ataupun cerpen pernah menduduki berbagai media cetak seperti koran ataupun majalah se- Jawa Bali saat itu. Bahkan ia pernah ke Malaysia untuk membacakan puisinya. Puisi yang ia persembahkan adalah Surat Hening . Adapun Penyair Herry ini juga menulis Geguritan sampai dimuat oleh Majalah Horizon berjudul Latar Ngarep . 3 puisi akan saya bahas y...