Langsung ke konten utama

Postingan

Perempuan Penyimpan Hutang

Sepasang mata yang merah, memojokkan harapan di sela-sela jendala depan penjara yang indah. Penjara itu suci bagi sebagian orang yang mengakuinya. Pintunya, gordennya, kasurnya dan seisi rumahnya adalah butiran-butiran surga yang menjelma buah-buah surga. Di sisi lain dari itu semua. Aku sosok  perempuan  penyuka hujan.  Bagiku hujan adalah air yang terlepas dari Tuhan untuk membersihkan keluh di tubuhku. Aku tidak menganggap diriku kotor, tapi mungkin aku diizinkan Tuhan untuk mengotorkan sedikit kesucian tubuhku dari sisa-sisa kemurahan hatinya. Setiap kehidupan menurutku adalah bimbang. Tidak ada barang yang kotor, yang ada hanya dia berada pada tempat yang tidak bersih. Kelahiranku sangat tidak disangka, malam-malam tanpa kunang-kunang bersinar, rembulan dan segala bintang tak bisa menampakkan dirinya dengan seksama. Perempuan yang terlahir di tempat persinggahan bulan purnama. Bulan yang selalu diterima oleh langit kapanpun dia muncul. Tidak ada ala...

Hutan, Negara, dan Cara Pandang

           Sebenarnya saya kurang minat menulis ini, secara historis tema yang saya tulis pun tidak ada menarik-menariknya. Tapi perlu diketahui, tulisan ini juga berasal dari budaya yang akan saya jadikan topik pembahasan. Mengenai semerbak budaya yang semakin tinggi di ambang eksistensinya, tidak menutup kemungkinan kendali sosial secara pribadi sangat dibutuhkan perihal budaya rasa ingin tahu sangat tinggi di kalangan masyarakat. Terutama rakyat yang kurang bisa memahami sejarah keadaan masalah besar yang ditimpanya. Kemudian dengan apa mereka bisa mengatasi itu semua, mengerti itu semua. Budaya kaget merupakan budaya yang sudah sangat populer di kalangan masyarakat, kaget atau mengagetkan adalah suatu budaya yang tidak mungkin juga bisa timbul dengan sendirinya. Ada indikator masalah yang bisa menyebabkan keadaan orang bisa kaget, entah itu orangnya memang kagetan, kagetan dalam artian latah, atau orang itu ingin menjadi manusia yang ...

Globalisasi Pendidikan Kerakyatan

            Aku kurang paham, apakah aku ini orang berpendidikan atau tidak. Secara materi memang aku mengerti bagaimana cara memakan bangku sekolah, jangankan bangku, papannya pun senagaja saya makan, biar lebih lengkap kepintarannya, agar lebih kompleks struktur berpikir yang saya punya. Saya masih belum seberapa paham, perbedaan orang berpendidikan dengan orang tidak berpendidikan.  Apakah manusia abad ini hanya diberi Allah batas kemampuan dari cara berpikir dan berbicaranya, apakah Allah tidak menganugrahi hambanya sampai bisa melihat pada struktur organ tubuh secara batin yang paling penting yaitu hati. Lantas bagaimana indikator orang-orang besar yang notabennya berpendidikan, berdedikasi tinggi, letak kesadaran mereka seperti apa kok sampai bisa melakukan perbuatan korupsi besar-besaran, maling berbudaya, berkarakter, sampai teknik pelancaran aksinya antara sekarang dengan besok berbeda.  Ada maling bertenaga, ada maling...

Demokrasi dan Budaya Kultur Golongan

Kenapa saya sering mengalami kebingungan ketika mendengar nama Demokrasi, apakah saya tidak paham atau pemahamanku tentang demokrasi salah. Setiap masuk kelas PKN (pendidikan kewarganegaraan) waktu sekolah dasar, Pak Guru selalu memberikan pengetahuan tentang demokrasi, sebuah sistem pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Pak Guru juga bilang, demokrasi ini berfungsi sebagai landasan sistem bernegara, bersosial ala negara, dan sebagai tonggak berjalannya pemerintahan Indonesia, Negara ku tercinta. Rakyat sebagai pemegang kunci kekuasaan tertinggi di Indonesia Dari semua aspirasi, pendapat, kenyataan yang mendasar mengenai kekuasaan, semuanya dikendalikan sepenuhnya oleh rakyat. Akan tetapi rakyat tentu tidak bisa berjalan sendiri untuk mengendalikan itu semua, oleh karena itu rakyat memilih seseorang yang dianggap layak mewakilinya di semua bidang tentang tata kelola negara, dari RT, RW, Lurah, Camat, Bupati, Wali Kota, gubernur, dan dari legislatif sam...

Berilmu Secara Radikal Untuk Menyikapi Fenomena Radikalisme

Saat membaca berita-berita di media massa dan beberapa opini yang berkembang di sana, entah kenapa banyak sekali tema agama yang diusung menjadi pokok permasalahan yang tak pernah usai dibahas. Apakah seremeh itu agama, sehingga terkadang banyak sekali saudara kita justru sesama muslim lebih senang mengakfirkan saudara seimannya dari pada orang kafir itu sendiri. Sungguh sangat memprihatinkan melihat kondisi gelombang persaudaraan yang ada di negeri kita ini. Agama seharusnya dipraktikkan untuk saling memberi kasih sayang serta kebermanfaatan, tapi sebaliknya, agama menjadi bahan penting buat dipermusuhkan. Kita juga tidak bisa memunafikkan diri dari kondisi lingkungan di sekeliling kita, kehiduapan bersosial tidak boleh disatukan hanya dengan satu penafsiran dan kebenaran mutlak satu kepercayaan. Dari satu golongan ke golongan lain pasti mempunyai kebenarannya sendiri-sendiri. Sebenarnya dengan beragamnya perbedaan yang ada pada bangsa Indonesia, harusnya bisa memuncul...

MALAM-MALAM

(Teruntuk Ken Amyafana) Sibuklah aku membaca, menyepi menergap malam dan menghampiri sesudut ruang terpampang aku mengikis samudera panjang tergulung hujan. Aku melapangkan kasihku sampai ke Tuhan, cintaku tertumpuk lautan berlapis-lapis tanpa sadar tubuhku deret air embun yang bertahan, aku sadar, menyayangimu adalah aliran sepi menggumpal. Dalam sepi, dan ramai. Hingar bingar senyummu berderet menyumbang lapar haus dahaga. Menjadikan arti kian mendalam, menyeruak sampai ke relung paling dalam. Semakin malam, semakin ku tatap, malah sunyi kudapat. Menyapa jalan melewati garis lindap mengurung tepi seakan padat berabad-abad Hari-hari kian melenggang, malam-malam melapangkan, perdetik menjerit sabar, dan esok aku menyangkal, tiada hari kebohongan karena kau selalu berterus terang. (Selasa, 2018)

Pandangan Islam dalam Berideologi

Buku “Islam Ideologi Dunia dan Dominasi Struktural” merupakan buku lama, tahun terbitnya tercatat 1984. Pada waktu penciptaannya, Fachry Ali masih berada di tingkat terakhir jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, waktu itu masih bernama IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Jika melihat bidang keilmuwan yang diselami Fachry, tepat rasanya jika muatan bukunya menjabarkan tentang bagaimana Islam memandang ideologi dunia yang perkembangannya relevan sampai detik ini. Meskipun buku tersebut terbilang lama, tetapi mengenai isi dan realitasnya sangat berkaca pada konteks saat ini. Tidak pernah jauh topik masalah ideologi yang diambil, yaitu Kapitalisme, Sosialisme, dan Sekularisme. Tiga ideologi tersebut sangat berperan aktif memengaruhi siklus perkembangan di dunia, baik dari segi kultur budaya, kultur ekonomi maupun kultur perpolitikannya. Fachry selalu mengambil sudut pandang Islam dari bermacam-macam ideologi itu. Kapitalisme selalu kita lihat menggunakan kaca mata keburukan, tap...