Langsung ke konten utama

Postingan

Menukil Kembali Perempuan-perempuan Jepara : R.A. Kartini dan Ratu Kalinyamat

Oleh : Ahmad Baharuddin Surya Sumber Gambar : pandita.id Tulisan ini saya peruntukkan untuk memperingati hari Ibu atau memperingati hari-hari yang di dalamnya mengandung unsur perempuan, baik segi perjuangan, usaha, keadilan, dan kesetaraan. Ada dua terminologi, yaitu antara Ibu dan keibuan pasti memiliki pembahasan berbeda. Sama halnya Indonesia dan keindonesiaan, manusia dan kemanusiaan, dan lainnya. Terminologi semacam itu jelas memiliki wilayah makna dan penerapan yang berbeda pula. Sederhananya, ibu merupakan orang yang mengandung, melahirkan, merawat, dan membesarkan kita hingga saat ini. Lain lagi dengan keibuan, keibuan bisa dimaknai dari sifat seorang ibu, sifat yang melekat pada ibu. Tidak hanya dimiliki seorang perempuan,   tetapi tidak menutup kemungkinan, sosok laki-laki bisa berubah menjadi sosok keibuan jika memang keadaan sudah membutuhkan, dan saya yakin, sedikit banyaknya sifat itu pasti ada di diri seorang laki-laki. ...

Kebudayaan Bebas dan Pemaknaan yang Terbatas

Budaya selalu memunculkan hal baru yang sangat berpengaruh pada kreativitas manusia. Sudah menjadi barang lumrah, budaya merupakan hasil tiruan manusia kepada sesuatu, baik alam atupun hal bersifat materi yang bisa dilihat jelas oleh mata memandang. Jika menurut Herskovits, kebudayaan bersifat superorganic maknanya turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya. Di samping hal itu, dengan seiring berkembangnya keadaan, kebudayaan bisa saja terputus karena kurangnya transformasi pengetahuan ke generasi selanjutnya. Akhirnya mau tidak mau mereka membuat budaya baru tanpa memperhatikan unsur-unsur penting di dalamnya. Salah satu poin utama yang menjadi indikator keberlangsungannya adalah asal-usul, sekarang bisa dikatakan timbulnya garis benang budaya kebiasaan masih ada hubungannya dengan para pendahulu. Di lain hal itu masih banyak aspek yang saling menjaga marwah budaya itu sendiri, semisal dari nilai kehidupan, ajaran, norma, etika, pengetahuan, dan masih banyak la...

Berproses Dalam Bingkai PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia)

(Sahabat Okta Adijaya) (Kader PMII Rayon Sahabat, Komisariat UNESA) Apa sih PMII? Jujur sangat asing di telinga dan baru pertama kali mendengar kata itu. Aku mendengar nama PMII pertama kali ketika kepo dengan teman satu kontrakan, Fajar dan Heri namanya, tepatnya pada awal September tahun 2018 lalu. Kok mereka pada rapat ke Ketintang sih, padahal Fajar tidak daftar Ormawa pada periode ini dan dan Heri pun sama, ia tidak diterima di HMJ jurusanku. Lantas mereka rapat organisasi apa? Akhirnya ke-kepoanku semakin bergejolak dan meronta-ronta, ya karena kegabutanku di kontrakan, masa di Surabaya cuma ngegame dan tidak ada produktivitas sama sekali? Meskipun aku anggota HMJ tapi aku belum menemukan zona nyaman disitu, karena kebanyakan pada saat membentuk kepanitiaan, aku selalu ditaruh di Sie Dekdok. Hal yang membosankan. Akhirnya aku coba bertanya ke Heri, kenapa dia sering ke Ketintang padahal dia masuk di kepengurusan DPM yang pastinya bertempat di Lidah Wetan. Tidak hanya ...

Tuhan Selalu Berbentuk Kata-kata yang Mengikat

Aku mengerti, memang bukan saatnya aku memikirkan dirimu yang sesungguhnya. Aku hanya main-main dengan pikiranku. Imajinasiku pun turut mengikutinya. Di balik itu semua, sebenarnya aku bodoh jadi diri sendiri. Menyalahkan diri sendiri itu penting dari pada menyalahkan orang lain. Seperti kau berhijrah ke bentuk permukaan, kau lebih menonjolkan identitas yang gampang sekali diartikan orang lain. Mbok ya sekali-kali buat orang itu sulit menilaimu. Mulanya kau tampak penuh kesalahan, namun seketika itu kau berubah seperti Tuhan, maha benar atas segala postingan. Mirip tetanggaku, berkumpul membentuk koloni-koloni di tiap RT, satu RT membahas RT yang lain, RT satunya lagi membahas RT lainnya. Seperti itu, kesalahan terus berputar dan berkeliling. Biarlah, mereka saling menikmatinya. Biar kata-kataku menjadi lepas dan telanjang satu per satu. Seperti keponakanku yang berumur lima tahun, ia tidak bisa melepas pakiannya satu per satu. Dari atas sampai bawah. Dari rambut panjangn...

Aku Berani Menyapamu

Malam adalah cerita masa silam yang cukup lalai, ku ingat sebilah rembulan dan sepotong bintang jatuh di matamu. Malam itu, kau meninggalkan kata-kata, berenang ke pemukiman air mata, menjadi tempat layu jadi mekar, embun jadi kado pesta ulang tahunmu. Sesekali aku mengingat, kau berusaha menjadi dirimu, gelas-gelas kering yang teriak nama kecil, kau seperti mereka saat bermain kelereng satu lawan satu. Aku mencintaimu dari kado yang datang malam itu, bukan kau yang mengantarnya. Aku memungutnya bersama para kawanan tukang sampah dan anak-anak mereka. Kado itu berupa beberapa pertanyaan yang mengingatkanku di bangku anak-anak. Ingatan tentang siang hari para tetangga yang berkumpul bercerita tentang tetangganya masing-masing. Perihal jodoh dan cita-cita anaknya mencari bulan siang hari. Ibuku tetap di rumah, menjadi ibu paling baik dari ibu-ibu yang lain. Menjaga kesucian kata-katanya, mirip angin memelihara bunga melati, jadi putih, ranum harum bunga ketumbar. ...

Balada Mahasiswa Organisatoris atau Akademis

(Ahmad Baharuddin Surya) Pimpinan Redaktur Lembaga Pers Kampus Gema Unesa - Jika melirik dari tema yang diusung pada malam hari ini “Balada Mahasiswa Organisatoris atau Akademisi” tentu di sepanjang perjalanan diskusi, pasti akan banyak sekali ditemukan energi-energi baru, pengetahuan baru serta pengalaman duduk bersama membicarakan gambaran pengetahuan yang idealnya sangat cocok kalian dapatkan untuk para mahasiswa baru Unesa. Kalau melihat lebih jauh lagi pada tema, di sana ada dua tawaran yang diusung sekaligus dibahas, yaitu organisatoris atau akademisi. Ketika ada dua tawaran yang dirasa cukup menarik, pasti kalian bingung memilih di antara keduanya. Maka dari itu, di diskusi ini kalian dicoba diarahkan bagaimana seharusnya menjadi seorang mahasiswa. Cara pandang mengenai mahasiswa kalian akan dibuka, diperlebar, dan dipertajam. Tidak perlu mencari referensi terlalu muluk-muluk. Kita ambil saja saat kalian para mahasiswa baru melaksanakan kegiatan PKKMB (Pen...

ORIGAMI DEMOKRASI MENANG KALAH

Ketika berbicara mengenai Demokrasi memang tak ada habisnya. Dari prespektif manapun, baik dan salah, semuanya bisa dikendalikan menurut keinginan orang melihatnya. Baik salah merupakan kata nilai yang digunakan merapoti suatu hasil yang sebelumnya sudah dilakukan pengamatan berlanjut. Jangankan baik dan salah, kebenaran bisa salah jika kebenaran tidak pada tempatnya. Sebaliknya, kesalahan bisa menjadi benar jika kesalahan itu dibutuhkan. Bahkan juga dilihat dari siapa yang membawa kebenaran itu. Contohnya seorang yang mempunyai bawahan, kelompok, umat, dan pengikut. Ketika kebenaran sudah tidak pada tempatnya, akibatnya kesalahan menjadi sesuka hati ditempatkan pada posisi manapun, lebih kejam saat dia mampu menunggangi kebenaran itu sendiri. Di tutup-tutupi oleh tipu daya, seolah-olah membenarkan yang seharusnya tidak perlu adanya pembenaran. Demokrasi menjadi bagian paling benar dalam menjunjung tinggi tiang keadilan bersosial dan bermasyarakat. Baik di negara, masya...