Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

POJOK MALAM

Embun terbelah cahaya bersinar dari gelap Tetesan terpusat dari kalbu terbawa seringai burung-burung Pohon-pohon menghujat diriku Bahwa aku mulai menggoda manis wajahmu Senyummu membelah harga dari duri Tergurai indah rambut tengkurap tidak kuartikan Kuhendakkan diri mengenal wajah berwarna haru Pojok malam tergurai cahaya bekas pagutan tentangmu Aku mengukir indah bahasa tubuhmu di urat-urat dedaunan Terbawa angin yang terbuat dari sajak para penyair sunyi Sejak malam tak dapat aku artikan gelombang tawamu Antara terima bahkan bertamu Pada butung hantu saat sendu Kenyaringan tak tersampaikan pada masa lalu Yang terbawa oleh aku dan dirimu Ayo beradu di dalam cinta daku Akan ku ikhlaskan jika tak terimanya diriku Diiringi suara musik dengan kepulan asap yang tak bertepi Tanpa ada jarak jika aku mngenalmu Terseringai rerumput dan setetes embun pagi itu Terpancar dari tubuhku yang kuharap mawar datang bersamamu Tapi melati birahi menjelma dari sudut-su...

Tertawa Lepas di Sabana

Suara kehidupan Terlepas riang terbawa ingatan Sampai ke sabana Terhanyut melodi saat dekapan hangat bersamamu Sukma angin berhamburan beriring cemara tutur tindakmu  terniang wajah anggun yang berpaling Dari serawut luka hitam bersua Namun Kedamaian membawa dekapan tanpa makna Di mimpi rangkulan mesra sudah berbeda Ketika mereka terbawa hanyut dari kegugupan Lubang kecil semakin lebar Tertimbun anggukan aroma duri di kepala Mereka bisa tertawa lepas di sabana Sampai lubang kecil tertutup dengan bara berduka Bersua, makan, minum, bersama diatas genggaman-genggaman yang terlewatkan Surabaya 20-04-2017

SELUAS SABANA

Seluas sabana memandang. Dirimu jauh terdalam. Hijau pencerah pandangan. Kapan pandangan wajah secerah alam. Angin jatuh masuk tulang. Terkikis nurani kematian. Kebisuan menuntun jalan. Setapak dari alam. Alam percaya dirimu. Karena penyebar bau. Sepanjang jalan paling hening. Tercium bau luka. Mengadah terpanah cahaya. Sabana pun tak kuasa, karena kesucian Yang menjulang fajar Bayangan kebersamaan tempat cerminan Surabaya, 20-04-2017

SETELAH LAMA RUMPUT TAK TUMBUH DI SABANA

/1/ Setelah lama rumput tak tumbuh di sabana. Kini dia tumbuh subur di tempatnya. Sekian lama akarnya hilang, sekarang tumbuh dengan sendirinya. /2/ Kalau memang akar kebodohanmu adalah kebohongan Diatas kejujuran. Bukan kerelaan hati untuk mengabdi. Kalau memang kebutuhanmu adalah mengharap rembulan datang pada sinar kegelapan, ketika itu kau ditikam nafsumu sendiri. Begitu pula ketika kau melihat mentari lari dari kegelapan, dan seketika itu pula tubuhmu jauh dari bising keramaian. /3/ Mereka kau sangkarkan pada wajah kepolosan. Sedang kau tidur seakan sunyi pendengaran. Keramaian tak kau acuhkan. Dengan segelintir sunyi di pikiran. /4/ Mata kami kau tidurkan. Telinga kami kau sumpal atas nama Tuhan. Bukannya kerelaan hati untuk merundingkan titik temu. Tapi seakan kau lupa dengan jiwamu yang tak pernah bersatu. /5/ Jiwamu rusak terhempas nafsumu sendiri. Akalmu cacat tersayat atas jalanmu sendiri. Kami rindu bebas meluncur di awan. Dengan ang...

KUHILANGKAN SENJA

                       Desah suara isak burung bertebangan, kepakan sayapnya seirama dengan udara yang berhembus di pelataran. Tepatnya pelataran belakang rumahku. Rumah yang tersirat akan sebuah makna kehidupan. Lantas kehidupan itu sungguh tak berarti bila tanpa adanya suatu kehidupannya mereka, entah aku juga tidak tahu siapa mereka. Kata orang mereka itu hina. Lantas sejenak aku berfikir, kenapa mereka hina?, ketika orang berkata mereka hina, seakan-akan hatiku terasa naik ke ubun-ubun kepala. Lalu, sedikit aku berfikir juga, kenapa aku harus marah?, mereka itu siapa. Lagian aku merasa tidak tahu. Keabadianku disini seakan menghilangkan semua derita lama yang ku pendam dalam sudut waktuku kala itu. Aku hidup dalam keabadian yang diiringi oleh kesunyian. Entah malam ataupun siang buatku sama saja. Hidupku seakan tiada guna. Mereka telah hilang, aku tak tau apapu...

ROBBAL ‘ALAMIN WA RAHMATAN LIL ‘ALAMIN

Dalam lingkup sosial kemasyarakatan, di semua lingkup itu baik secara individual ataupun soialis, pastinya dalam menjalankan proses interaksinya, terutama dengan sesama manusia, nantinya akan bersinggungan dengan mereka. Karena pada esensi dan hakikatnya, manusia masuk dalam kelompok makhluk sosialis, yaitu manusia yang tidak bisa hidup dalam kesendirian, berdiri sendiri tanpa ada bantuan manusia lain, tanpa ada sanggahan makhluk lain. namun Setelah mencangkup dari semuanya, tidak bisa dipungkiri, dalam setiap proses interaksinya, pasti ada yang namanya sebuah perbedaan dalam pendapat. Dan itu merupakan sebuah hal paling lumrah. karena manusia tidak mungkin diciptakan dengan akal yang sama, dan kadar pemikiran yang sama. Setiap manusia dibekali oleh Allah SWT dengan kadar pemikiran yang berbeda-beda. Maka orang bodoh dan pintar itu tidaklah ada, melainkan yang ada adalah orang mngerti dan tidak mau tahu. Kepintaran timbul dari kemauan dan kesadaran dari masing-masing ind...