Langsung ke konten utama

ROBBAL ‘ALAMIN WA RAHMATAN LIL ‘ALAMIN


Dalam lingkup sosial kemasyarakatan, di semua lingkup itu baik secara individual ataupun soialis, pastinya dalam menjalankan proses interaksinya, terutama dengan sesama manusia, nantinya akan bersinggungan dengan mereka. Karena pada esensi dan hakikatnya, manusia masuk dalam kelompok makhluk sosialis, yaitu manusia yang tidak bisa hidup dalam kesendirian, berdiri sendiri tanpa ada bantuan manusia lain, tanpa ada sanggahan makhluk lain. namun Setelah mencangkup dari semuanya, tidak bisa dipungkiri, dalam setiap proses interaksinya, pasti ada yang namanya sebuah perbedaan dalam pendapat. Dan itu merupakan sebuah hal paling lumrah. karena manusia tidak mungkin diciptakan dengan akal yang sama, dan kadar pemikiran yang sama. Setiap manusia dibekali oleh Allah SWT dengan kadar pemikiran yang berbeda-beda. Maka orang bodoh dan pintar itu tidaklah ada, melainkan yang ada adalah orang mngerti dan tidak mau tahu. Kepintaran timbul dari kemauan dan kesadaran dari masing-masing individu. Dari proses itulah muncul yang namanya saling menghargai dan toleransi. Apabila dipaparkan secara rinci, esensi dari toleransi adalah suatu sikap yang saling menghargai di klangan kelompok masyarakat atau secara individu ke individu yang lain. Toleransi adalah suatu perbuatan yang melarang terjjadinya diskriminasi, sekalipun banyak kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Lalu apabila dihubung-hubungkan dengan agama, maka toleransi sangatlah diperlukan untuk saat ini dan hingga nanti.

Berbicara tentang Islam, apa sih sebenarnya definisi tentang Islam?, Islam tidak lain dan tidak bukan merupakan agama penyempurna dari agama – agama yang lain. Bukan berarti agama yang lain salah, disini Islam sebagai pelengkap, istilah dalam sebuah masakan, islam merupakan bumbu penyedap yang paling sedap diantara bumbu – bumbu yang lain. Islam toleran adalah islam yang menghargai agama lain. Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang artinya rahmat bagi seluruh alam semesta. Bukan hanya rahmat bagi manusia beragama islam, akan tetapi rahmat bagi seluruh alam yang isinya semua makhluk Allah tidak terkecuali. Allah sebelum menciptakan alam semesta ini, Allah lebih dulu menciptakan Nur Muhammad atau cahaya Muhammad yang Nabiyulloh nabinya Allah.

Semua orang islam pasti menyatakan kalau Allah itu adalah hanya tuhannya orang islam, Nabi Muhammad adalah nabinya orang islam. Itu merupakan suatu pemahaman yang salah. Umat islam terlalu mngerdilkan agamanya sendiri. Anggapan seperti itu akan sedikit merusak agamanya sendiri. Karena Rosululloh bersabda kalau islam itu hancurnya dari dalam, karena umat islam terlalu mengerdilkan dirinya sendiri, terlalu mngerdilkan agamanya sendiri, terlalu mngerdilkan tuhan dan nabinya sendiri. Jangan pernah dibatasi dan dikotak-kotakkan. Allah adalah Robbul ‘alamin sedangkan Muhammad adalah Rahmatan lil ‘alamin. Jadi allah adalah tuhannya semesta alam atau seluruh alam, semua makhluk. Sedangkan Muhammad adalah rahmatan lil ‘alamin. Rahmat bagi seluruh jagad raya. Dalam wilayah tugasnya sangat luas, tidak mencangkup dalam hal semesta, ataupun dalam hal agama islam, akan tetapi wilayah tugasnya mencangkup dunia dan akhirat.

Kalau orang islam mempunyai pemikiran yang keterbukaan seperti itu, yang luas seperti itu, mungkin perpecahan diantara umat beragama bisa sedikit di netralisir. Karena Allah adalah tuhannya semesta alam, bahwa Muhammad adalah rosulnya semesta alam. Kita diciptakan di negara Indonesia, negara yang berlandaskan persatuan dan kesatuan, kebhinekaan. Negara mana yang paling plural kalau tidak di Indonesia. NKRI harga mati. Pancasila sebagai landasan utamanya. Ketuhanan yang maha esa sebagai sila pertamanya dan demi tujuan utamanya yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.  Dengan kebhinekaan itu, kita semua umat beragama di satukan, meskipun ada orang yang mengklaim seseorng itu atheis. Sesungguhnya atheis itu tidaklah ada, atheis hanyalah sebutan dari sekelompok orang beragama kepada orang yang dianggapnya tidak percaya dengan adanya tuhan. Pada dasarnya semua manusia mempunyai rasa ketakutan tersendiri, katakutan dalam hal apapun. Dan ketakutan itu adalah sebenarnya tuhan. Jadi orang atheis kalau masih mempunyai ketakutan dalam dirinya, berarti dia masih mempercayai dengan adanya Tuhan.

Kodrat kita sebagai manusia hanyalah beribadah kepada Allah, islam Rahmatan lil ‘alamin, jadi follow upnya harus bermanfaat bagi semuanya. Tapi dalam menjalankan syariat di agama islam, jangan sampai lalai dengan yang namnya urusan duniawi. Antara urusan dunia dan akhirat harus di seimbangkan, tidak boleh ada satupun yang menojol. Karena kelemahan manusia adalah sulit untuk berpikir secara seimbang. Manusia sangat sulit menyadari tentang kesimbangan hidup, bahwa di dunia pasti ada hitam dan putih. Ada atas dan bawah, ada kotor dan bersih, ada baik dan buruk. Namun yang tidak ada pasangannya yaitu hanyalah sekarang. Karena tidak mungkin sekarang berpasangan dengan nanti, dan tidak mungkin juga berpasangan dengan dulu, yang ada hanyalah sekarang dan sekarang itu cepat sekali terjadi, sekarang, sekarang, sekarang. Terpreset sedikit bisa berubah menjadi dulu. Dengan adanya sekarang, manusia dituntut untuk selalu berbuat baik dan bermanfaat bagi sesama manusia. Juga selalu bersyukur atas segala-galanya. Karena setiap detiknya, manusia dianjurkan untu berfikir tentang kebermanfaatan. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat kepada orang lain. Akan tetapi Banyak orang yang tidak menyadari akan hal itu.

Di dunia juga penuh dengan kontradiksi dan paradok. Apa yang bisa bermanfat bagi manusia, itu juga bisa membahayakan manusia. Pada intinya dunia penuh dengan angan dan presepsi. Semua kebenaran hanyalah timbul dari sebuah kajian yang berbentuk presepsi. Dunia penuh multi tafsir. Apabila muncul 100 tafsir, maka bisa saja menjadi 100 mazhab. Sebagai manusia hanyalah bisa mencari kebenaran atau dalam islam disebut ijtihad. Kebenaran mutlak hanya ada pada Allah SWT. Kefanatikan dalam agama seharusnya tidak perlu terlalu ditonjolkan, karena kebenaran itu tida pernah ada yang mengetahui.

Jadi jangan ada orang yang saling meyakini dengan cara menuduh nuduh dan mengkafir kafirkan orang lain. Seluruh versi terima semuanya, catat semuanya. Perkara keputusanmu mengambil versi yang mana, bukan kamu yang menilai bukan teman sesama manusia yang menilai tapi Allah yang punyak hak untuk menilai benar tidaknyakamu. karena manusia dilarang menilai sesame manusia. Istilahya sesama murid dilarang memberi nilai, yang pantas memberi nilai adalah gurunya. Agama itu letaknya di belakang di dapur, meskipun kamu menggunakan wajan bermerek kristen, sendok bermerek budha, piring bermerek islam. Itu merupakan tidak menjadi suatu masalah, yang terpenting dalam kita menyajikan makanan itu, orang yang memakan bisa menikmati dengan puas. 

Kalau semua orang bisa berfikir seperti itu, Insyaallah pertengkaran dan perdebatan dalam beragama mungkin tidak akan ada. Jnganlah muda mencari keburukan orang lain. Kalau bisa cari kebenaran. Buat apa di dunia ini kalu hanya mencari sebuah keburukan dan kesalahan. Pada intinya manusia itu tempat salah dan lupa bahkan juga dosa. Karena setinggi apapun tingkat keilmuwan seseorang, setinggi apapun tingkat kewalian dan kesufian seseorang, dalam do’anya pasti mereka menempatkan opsisi tubuh dan jiwanya di dalam kesalahan dan ketidak lurusan jalan, bahkan nabi pun masih menempatkan dirinya dalam keadaan yang salah. Karena pada sholat mereka, lebih tepatnya pada surah Al Fatihah ayat ke 6 yang artinya “ tunjukkan kami ke jalan yang lurus ”. dalam ayat itu dijelaskan bahwa manusia pada hakikatnya tidak ada yang merasa dirinya benar dan berada di jalan yang lurus. Karena mereka selalu berdo’a agar ditunjukkan oleh Allah pada jalan yang lurus. Kalau masih ada orang yang merasa benar dengan mengkafir-kafirkan orang maka seharusnya didalam sholatnya dia tidak perlu membaca ayat ke 6 dari surat Al Fatihah.


Jadi buat apa mencari kesalahan. Meskipun apabila seseorang itu terlihat buruk. Tapi lihatlah sisi yang lain dari segi kebenaran dan kebaikan. Jadi orang juga jangan mudah marah dan kagetan. Biar pun orang lain berkata kalau islam itu radikal dan terorisme, sikap kita seharusnya lebih bisa menunjukkan kepada mereka bagaimana kerukunan umat islam sesungguhnya, bagaimana kecintaan kita orang islam kepada umat yang lain. Juga tunjukkan bagaimana sikpa tasamuh kita terhadap agama yang lain.  Cermati dahulu setiap kondisi disekelilingnya. Kalau dilihat dari sejarahnya, pada zaman dahulu, apalagi zamannya kerajaan, orang bertengkar masalah agama itu tidak ada. Tetapi saat ini kok banyak terjadi. Menurut analisis yang saya temukan, mungkin ini terjadi akibat para ustadz-ustadz mudah yang tampil di tv mengatas namakan agama, mudah sekali untuk mengkafir-kafirkan orang lain. Mudah sekali untuk menyalah-nyalahkan oran lain dan juga mudah sekali untuk menilai orang lain. Memang ustadz sekarang itu terdiri dari dua macam yaitu Ustadz media sosial dan ustadz rakyat. Mungkin para pembaca sudah mulai berfikir apa itu ustadz medsos dan ustadz rakyat. Pada intinya jadi manusia harus bisa berdaulat atas dirinya dan perkataanya, karena nantinya secara pribadi akan dipertanggungjawabkan di kemudian hari.


Surabaya 3 maret 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inner Child itu Nggak Lucu, Malah Jadi Simbol Kemiskinan

Banyak dari kita pasti pernah mengalami rasa ingin kembali lagi ke masa kecil. Ingin mengulangi masa di mana hidup sangat sederhana, sebatas main, tidur dan sekolah. Masalah yang ada pun tidak sekompleks setelah kita tumbuh dewasa. Kalau menurut saya tumbuh besar itu tidak enak.  Satu dari sekian banyak yang dikangeni dari masa kecil adalah masa bermain. Hal itu bukan tanpa alasan, sebagian besar hidup kita saat kecil, dihabiskan dengan bermain. Tak ayal, satu dari sekian kenangan ini bisa sangat membekas bahkan terbawa hingga dewasa. Banyak orang dewasa yang ketika melihat mainan atau permainan, rasa ingin ikut bermain juga ikut tumbuh.  Dari sini saya mulai berpikir, apakah masa kecil tidak ada habisnya? Lihat saja tempat-tempat hiburan seperti pasar malam, tidak sulit melihat bapak-bapak di area permainan yang (mungkin dengan alibi) mengajak main anak mereka. Padahal mereka sendiri sangat ingin memainkan permainan tersebut. Bagi orang dewasa, hiburan seperti mainan atau per...

Bagian yang Sering Dilupakan Saat Memperjuangkan Nasib Masyarakat Kecil

Sumber gambar: Shutterstock.com Gara-gara media sosial, kehidupan manusia sekarang bisa dibedakan menjadi dua bagian, maya dan nyata. Dua jenis kehidupan yang sangat bertolakbelakang. Dunia maya berarti semu, imajinatif, dan mendekati manipulatif. Sedangkan dunia nyata, adalah dunia yang mendekati titik kesadaran. Apa yang kita lakukan hari ini, apa yang terjadi pada kita hari ini, itulah dunia nyata. Bukan yang terjadi besok, apalagi beberapa hari belakangan. Yang jadi pertanyaan, waktu kita, lebih banyak dihabiskan di mana, di dunia nyata apa di dunia maya. Selama 24 jam, berapa jam waktu kita habis di dunia maya. Jika benar lebih banyak di dunia maya, berarti selamat datang dengan duniamu yang serba manipulatif dan seolah-olah diada-adakan. Begitu juga dengan masalahnya. Dua dunia ini memiliki konflik yang berbeda-beda. Dulu, hadirnya masalah dikarenakan kita sering bertemu fisik. Sekarang, dengan dunia maya, tanpa bertemu, tanpa mengenal, justru bisa jadi masalah, bahkan bisa merem...

Cerita Hafidz Quran Bisa Hafal Cepat di Usia Dini, Salah Satunya Menghafal di atas Pohon

Bilal wajahnya tampak sumringah saat ia turun dari panggung wisudah. Sambil menenteng ijasah tahfidnya, ia berlari menghampiri orang tuanya. Tanpa sadar, air mata bahagianya menetes pelan-pelan. Mereka memeluk Bilal dengan penuh syukur. Mereka sangat bahagia, anak bungsunya berhasil menghafal Al-Quran 30 juz di usia yang tergolong sangat dini. Kelas 1 SMA, baru berusia 16 tahun.  Di saat anak seusianya bermain dan bersenang-senang, nongkrong di warung, main game, pacaran, tawuran, dan sebagainya, Bilal mencoba menahan beragam godaan duniawi itu. Bukan berarti ia tidak bermain, tetapi kadar mainnya ia kurangi demi mewujudkan harapan orang tuanya, yaitu menjadi hafidz Quran.  Melarang Anaknya Bermain, tapi Menyediakan Billiard di Rumah Orang tuanya sangat mengerti keadaannya. Meski dibatasi, mereka tidak membiarkan anaknya tidak bermain begitu saja. Mereka mendukung anaknya bermain dengan cara mereka menyediakan media permainan sendiri di rumah. “Di rumah ada kok mainan. PS juga...