SMA Progresif Bumi Shalawat (SMASIF) sedang menunjukkan taringnya. Program unggulannya bernama Progresif Science and Innovation Exhibition (PSIE) diadakan lebih menarik dan megah.
Di dalam PSIE ada banyak hasil produk riset para siswa. Mereka diberi sekian waktu untuk sengaja melakukan penelitian di berbagai bidang.
Bayangkan saja, acara ini tiap tahun diadakan. Ini sudah kali ke 7. Otomatis, produk inovasi mereka tentunya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kreatifitas mereka tidak perlu diragukan lagi
PSIE tahun-tahun kemarin diadakan dengan cukup sederhana. Hanya melibatkan siswa internal saja. Tahun ini sengaja dibuat megah dan meriah. Melibatkan institusi besar yaitu ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember).
Peserta yang hadir tidak hanya datang dari internal saja, tetapi merambah nasional di tingkat SMP dan SMA. Kategori lombanya tidak dibedakan antar jenjang. Begitu juga hadiahnya.
Kata ketua panitia, itu sengaja agar mereka sanggup belajar bersaing. Bukan bersaing fisik, tetapi bersaing ide dan gagasan.
Menurutnya, pikiran inovatif dan kreatif itu tidak terbatas pada kelas berapa ia sekarang, melainkan pada imajinasi dan angan-angan.
Kalau begitu, anak-anak sebenarnya lebih imajinatif dari pada orang dewasa. Pikirannya lebih bebas. Kelemahannya, anak-anak terbatas soal melihat objek realitas di sekelilingnya. Mereka kurang bisa memaknai secara real objek yang dilihat.
Kenapa harus berangan-angan dan imajinatif? Karena semua inovasi di dunia ini berasal dari ketidakmungkinan. Orang zaman dulu sempat beranggapan tidak mungkin bisa berhubungan dengan saudara jauh, tetapi sejak Handphone ditemukan, ketidakmungkinan itu menjadi mungkin.
Isaac Newton saat itu kalau tidak duduk di bawah pohon apel sambil melihat apel jatuh, kemudian imajinasinya aktif, mungkin ia tidak menemukan gravitasi. Usianya kala itu juga masih 20 tahun, masih sangat belia.
-----
Peserta yang berkirim abstrak tercatat ratusan dari sekolah di penjuru Indonesia. Dari ratusan, terpilih hanya 30 saja. Mereka menjadi finalis. Dapat undangan langsung datang ke Sidoarjo.
Acara ini gratis. Para finalis dapat akomodasi penginapan di hotel Luminor Sidoarjo. Harga per malamnya sekitar 500 ribu. Transportasi dari sekolah ke penginapan, terus kembali ke sekolah lagi juga mereka dapat. Sangat mewah.
Bukan tanpa alasan. Fasilitas yang mereka dapat adalah sebagai jawaban, bahwa SMASIF memang peduli dan konsen pada semangat ilmiah.
PSIE juga menjadi ajang bertemunya para peneliti mudah. Tidak hanya sekadar lomba. Mereka bertemu, berdiskusi, dan saling peduli pada perkembangan ilmu pengetahuan.
Untuk meneguhkan keseriusan pada ilmu pengetahuan, SMASIF mendatangkan juri yang kredibel di bidangnya. Dari ITS, BRIN, dan Leave A Nest.
Yang dari ITS, ada Prof Ratna Ediati, M. S., Ph.D. Dr. Achmad Choiruddin, S.Si., M.Sc. Dr. Anny Yuniarti, S.Kom., M.Comp.Sc. Dari Leave A Nest ada Ezral Ghazali, Ph. D. Sedangkan dari BRIN ada Dr. Eng. Deni Shidqi Khaerudini.
Zaman sekarang, semua sekolah punya klaim sendiri bahwa sekolahnya bagus, unggul, dan bisa bersaing. Cuma dari sekian banyak sekolah, tidak banyak yang punya daya tawar tinggi.
Sekolah moderen kadang tidak menjamin program-program dan orientasinya moderen jauh ke depan. Tapi SMASIF punya jawaban itu jika diragukan soal apa daya tawarnya.
Saya mulai berpikir, siswa hebat berasal dari atmosfer pembelajaran yang baik. Atmosfer pembelajaran yang baik berasal dari sistem manajemen yang baik juga.
Majemen yang baik salah satunya dibentuk oleh guru-guru yang hebat. Lalu muncul narasi, siswanya saja pintar, apalagi gurunya.
Komentar
Posting Komentar