Jika dibanding laptop-laptop lain yang umurnya sekitar 5-10 tahun, laptop saya tidak berarti apa-apa. Umurnya hanya sekitar 7 tahunan. Tidak sampai puluhan tahun. Saya beli sebelum masuk kuliah tahun 2016-an.
Itu pengalaman pertama saya beli, sekaligus punya laptop. Untuk sekadar memegang, saya pernah, tetapi belum memiliki. Maklum, selama sekolah tidak membutuhkan. Tidak apa-apa tidak punya, yang penting tahu cara memakainya.
Pada satu momen, saya merasa sangat beruntung punya laptop itu. Benda ini sangat menolong pekerjaan saya sehari-hari. Meski tergolong laptop lama, jadul. Pernah sekali ganti LCD, jatuh berkali-kali, dan dua kali ganti keyboard, tapi tetap bandel.
Ibarat anak nakal, pakai nasihat apa saja, pasti sulit sadar. Peristiwa laptop di atas adalah nasihat agar bisa berhati-hati memakai barang berharga nominal. Selama bisa memberi manfaat, harganya bukan lagi nominal, tetapi nilai value.
Tidak kalah dengan laptop-laptop model sekarang, canggih-canggih, bahkan lebih murah. Konon, barang lama lebih awet dari pada barang keluaran sekarang, karena yang dijual bukan kualitas, melainkan cover atau displaynya.
Bagus cara marketingnya. Mata dimanjakan dengan tampilan-tampilan laptop yang bagus. Mungkin karena itu, manusia sering terkurung dalam keindahan-keindahan yang dihasilkan mata. Apa yang dilihat, belum tentu benar.
Bukan hanya awet. Barang lama sering memunculkan nostalgia berlebihan. Di situ orang sering terjebak untuk memiliki. Sebutan lainnya, terjerat romantisme masa lalu. Untuk mendapat romantisme itu, yang digunakan sudah bukan lagi logika sehat. Makanya, ada sebagian orang rela membeli barang antik dengan harga mahal.
Hitungan hanya karena timbul rasa kangen. Tidak lebih. Sama seperti kendaran sekarang, motor atau mobil lama masih jadi primadona bagi para peminatnya. Bagi mereka, dengan mempunyai barang lama, mereka akan terlihat beda dari yang lain.
Pernah pada satu kerjaan berat, yangg mengharuskan laptop dalam kondisi prima. Laptop-laptop terkini milik teman-teman nyatanya juga tidak kuat. Tiba-tiba ngeblank. Mati sendiri. Justru milik saya malah tahan banting. Biar agak lemot, tapi tetap bandel dan kuat.
Banyak yang menyarankan untuk ganti laptop, karena melihat laptop saya versi sangat lama. Tetapi saya perlu berpikir ulang, kenapa saya harus beli? Selama ini, beberapa pekerjaan bisa terselesaikan dengan laptop ini. Mungkin suatu saat beli, bila ada pekerjaan yang mengharuskan ganti.
Kalau ada penulis yang memusiumkan laptop-laptopnya karena penggunaan yang cukup lama, dan telah sukses menghasilkan beberapa karya, saya tidak. Saya coba menggunakan selama mungkin, sebanyak mungkin karya, sampai benar-benar tidak bisa digunakan. Penasaran, kira-kira bisa bertahan sampai berapa tahun.
---
%20(1).png)
Komentar
Posting Komentar