Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2022

Sepeda Kenangan

Lama sudah saya tak memakai sepeda ini. Kalau soal usia, kalian tidak perlu tanya. Mengapa begitu? Tradisi keluarga saya, sepeda itu dipakai secara bergantian dan turun temurun. Habis dipakai saudara, lanjut saya pakai, tentu setelah ada sepeda baru yg sudah dibeli. Sepeda ini awal mulanya dipakai sama paman untuk mobilitas kerja, karena jarak kosan ke tempat kerjanya tidak terlalu jauh. Daripada pakai motor, mending naik sepeda ini. Itung-itung juga sekalian berolahraga. Selepas bosan tak terpakai dan nganggur lama, akhirnya sepeda ini diwariskan ke kakak saya. Setelah Kakak saya, lalu turun ke saya sampai sekarang. Waktu saya kuliah, sepeda ini sempat tak terawat hampir 2-3 tahunan di rumah. Peleknya berkarat, bannya bocor, dan kerangkanya penuh kotoran. Kemudian setelah ada pandemi awal dulu. Sepeda ontel mulai diramaikan lagi. Saya memutuskan untuk memperbaikinya. Dari membersihkan kerangkanya sampai mengganti ban yang baru. Tapi saat itu, penggunaan saya tidak terlalu jauh. Hanya ...

Memaknai Rasa Cukup

Apa sih cukup itu? Sepintas pertanyaan dasar saya saat melihat cuplikan video dialog Sabrang dengan Habib Husein Ja'far di YouTube beberapa hari lalu. Di berbagai macam media sosial pun juga sudah booming video itu. Dengan pembawaan santai, Sabrang menyajikan kegelisahan usang, tapi dibarengi cara berpikirnya yang logis dan cukup diterima akal sehat. Terutama soal penyadaran. Di ranah tersebut memang kita butuh mulut dan cara berpikir orang lain. Mungkin itu salah satu wujud sifat sosial manusia, saling bergantung. Tidak usah terlalu dirumitkan, cukup bahasanya kita pinjam sebentar. Bila lupa bisa diputar lagi. Misalnya sajian motivasi dari motivator ulung akan habis mengubah semangat, pandangan, dan cara berpikir kita. Maklum saja, sadar dan tak sadar memang banyak keadaan yang tidak jelas bagi kita. Kalau jelas, tentu kita tak perlu ambil pusing menunggu masukkan orang lain. Pikiran kita sebenarnya simpel dan kompleks, hanya saja kadang kita berpikir terlalu rumit sehingga menamb...

Pilihan Menu Makan saat Perjalanan Pulang

Seperti biasa. Dalam rangka menjalani rutinitas seminggu sekali pulang ke Lamongan, sering saya di tengah perjalanan mampir ke warung makan yang ada di pinggir" jalan. Jarang sekali direncanakan warung mana yang akan jadi rujukan. Random saja. Itu juga tidak selalu makan, bergantung kondisi perut. Kadang hanya sekadar ngopi sebentar sambil melepas penat sehabis menyaksikan rumitnya kemacetan di jalanan. Pulang kali ini berbeda. Sengaja saya rencanakan mau mampir ke mana. Saya coba ingin makan mie ayam Arge di Manyar Gresik. Sudah lama saya tidak makan mie ini. Kebetulan pulang dan ingat, maka segera saya langsung merencanakan ke sana. Tempatnya sangat mudah dicari. Kalau dari arah Surabaya atau Gresik Kota, tepat depan Polsek Manyar, coba tengok ke arah kanan, ada warung kecil berwarna kuning bertuliskan Mie Ayam Arge. Itu tempatnya. Porsi mienya sangat banyak. Saya sarankan kalau makan di situ, perut kalian harus benar-benar kosong. Kalau berisi, saya pastikan tidak habis. Beda l...

Memahami Waktu Orang Lain

Saya mau mengutip omongannya Mas Sabrang beberapa waktu lalu saat mengisi seminar di salah satu organisasi keterpelajaran. Ia menggambarkan, penyakit orang moderen terletak pada otaknya. Efeknya, kita sering punya cara berpikir terpecah", terkotak", dan terlalu rumit mengolah sesuatu yang mudah. Ia mengatakan, penyebabnya karena orang sekarang sulit mengistirahatkan otak. Bekerja terus sampai tak kenal lelah. Di berbagai bidang, bahkan di mana saja, metode mengistirahatkan seperti ini hampir tidak ditemui, bahkan tak diajarkan. Padahal, untuk benda saja jika selalu bekerja, benda itu akan cepat rusak. Apalagi dengan otak. Kerusakannya bisa fatal. Bila rusak, kita tak bisa menggantinya dengan beli otak baru. Sama halnya seperti sifat manusia, cenderung suka bosen dengan hal yang monoton. Saya rasa otak juga sama. Berpikir monoton terhadap satu objek permasalahan itu juga membuat otak mudah melakukan perlawanan. Otak perlu diistirahatkan dengan sengaja. Berpikir itu baik, tapi ...