Langsung ke konten utama

Membangun Kota Imajiner di Tahun 2021

Dimuat di Gresik Pos, Kamis (31/12/20)

-

Sejak akun You Tube Kotaku 05 Gresik meluncurkan video tentang “Rencana Aksi Kota Pusaka dan Kota Hijau Gresik Tahun 2019" pada (16/12/20), hal itu membuat bahan optimisme baru untuk warga Gresik. Bukan main, pusaka dan hijau merupakan indikator penting pembangunan kota-kota maju di luaran sana. Dua hal itu selalu ditonjolkan dan diperbarui.

Pusaka bisa diartikan sebagai senjata, namun lebih berharga diri, karena memiliki unsur nilai yang terinternalisasi. Sedangkan hijau adalah unsur pendukung bagaimana pusaka agar lebih bernilai estetika. Jadi dua objek landasan pembangunan tersebut saling bersinergi membangun Gresik agar lebih mempunyai Marwah sebagai kota yang patut diperhitungkan.

Meskipun dicanangkan tahun 2019, tetapi video desain itu ditampilkan ke publik pada bulan Desember 2020, yang mana merupakan bulan terakhir di penghujung tahun. Sudah sepantasnya mampu melengkapi harapan baru di tahun depan. Meski belum direalisasikan, tetapi jangan sampai itu hanya jadi harapan imajiner bagi warga Gresik secara keseluruhan.

Ada beberapa titik yang nanti akan disulap menjadi kawasan kota pusaka dan hijau. Beberapa titik itu di antaranya adalah kawasan kolonial. Kawasan ini terletak di Jalan Basuki Rahmat. Jika melihat letak geografis jalannya, Basuki Rahmat merupakan jalan yang bisa dikatakan pusat keramaian Gresik. Di situ dekat dengan alun-alun yang mana masyarakat sering pergi mencari hiburan ke sana.

Selain tempat hiburan, jalan itu juga sering dikunjungi orang untuk urusan administrasi, karena di sana berdiri kantor-kantor lembaga atau institusi pemerintahan. Kalau melihat desain tata ruang yang disajikan menggunakan animasi itu, tampak desain kawasan yang sangat memungkinkan Gresik menjadi kabupaten yang cukup maju di beberapa tahun ke depan.

Mirip seperti kota-kota lain, contoh saja Malioboro di Yogyakarta dan tata ruang di beberapa kota lainnya. Di sepanjang trotoar diubah jadi tempat ramai yang sangat menarik jika itu diwujudkan. Di samping itu, banyak pepohonan tumbuh di sana. Jadi apabila desain itu benar direalisasikan, masyarakat akan lebih nyaman lama-lama bermukim di sana.

Kawasan Pecinan juga tidak terlewatkan dalam konsep desain Kota Pusaka dan Hijau. Kawasan ini terletak di Jalan Setia Budi, sekaligus masuk dalam Cagar Budaya Jawa Timur. Di sana dihuni banyak etnis Tionghoa yang dilakukan secara bergelombang dan turun temurun. Terdapat peninggalan tua pula yaitu Kelenteng Kim Hin Kiong.  

Di samping menjadi tempat bersejarah, di sana juga akan didesain dengan menarik dan millenial. Di sepanjang jalan akan dipenuhi lampion-lampion indah yang akan bersinar saat malam hari. Serta ditumbuhi pohon-pohon cemara yang membuat tempat akan lebih menarik. Nama kelenteng akan dipajang, seolah-olah menandakan bahwa di sana terdapat identitas Gresik yang syarat akan sejarah.

Yang terakhir adalah Kampung Arab. Di sana terdapat tiga jalan yang menjadi titik perubahan, yaitu di Jalan Agus Salim, Zubair, dan Malik Ibrahim. Yang namanya kampung arab, pasti banyak etnis Arab bermukim di sana. Gresik memang tidak bisa lepas dari Etnis Arab, salah satunya karena di Gresik terdapat dua Wali yaitu Sunan Giri dan Malik Ibrahim. Dari dua tokoh itu sudah menjadi tanda awal bagaimana etnis Arab bisa berkembang di sana.

Dari tiga kampung di atas merupakan gambaran imajiner yang sangat tampak dilihat. Saya meletakkan imajiner dalam hal ini karena sesuatu yang masih belum terlihat nyata, maka bisa dikatakan sebagai pikiran imajiner. Imajiner sangat bertolak belakang dengan realisme atau kenyataan. Tahun baru nyata adanya, tetapi harapan-harapan di dalamnya adalah susunan imajiner.

Ditambah lagi dengan momentum Pilkada kemarin, pikiran-pikiran imajiner warga Gresik seakan-akan padat dan penuh. Mereka selalu dinina bobokkan dengan janji-janji cantik. Setiap eskalasi Pilkada adalah tempat membangun imajinasi lagi, setiap lima tahun sekali, imajinasi itu akan senantiasa terbentuk dan terbarukan.

Pertanyaannya, apakah Gresik selalu menjadi kota imajiner dan penuh harapan atau jadi ruang penyampaian realitas para warganya? Semoga di tahun baru nanti, pikiran imajiner itu akan menjadi kenyataan baru, seiring dengan desain-desain imajiner yang selalu dipertontonkan di ruang publik.

Mari kita mulai menata banyak imajiner itu, bisa tentang kesejahteraan, kehidupan, atau yang lainnya. Ditata kembali dengan harap, jika suatu saat nanti apabila harapan itu terwujud, kita tidak akan kaget menerimanya. Kita pula tidak tahu apa harapan dan imajinasi di masing-masing diri kita. Yang terpenting adalah suatu imajinasi jangan sampai dibalas dengan imajinasi lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inner Child itu Nggak Lucu, Malah Jadi Simbol Kemiskinan

Banyak dari kita pasti pernah mengalami rasa ingin kembali lagi ke masa kecil. Ingin mengulangi masa di mana hidup sangat sederhana, sebatas main, tidur dan sekolah. Masalah yang ada pun tidak sekompleks setelah kita tumbuh dewasa. Kalau menurut saya tumbuh besar itu tidak enak.  Satu dari sekian banyak yang dikangeni dari masa kecil adalah masa bermain. Hal itu bukan tanpa alasan, sebagian besar hidup kita saat kecil, dihabiskan dengan bermain. Tak ayal, satu dari sekian kenangan ini bisa sangat membekas bahkan terbawa hingga dewasa. Banyak orang dewasa yang ketika melihat mainan atau permainan, rasa ingin ikut bermain juga ikut tumbuh.  Dari sini saya mulai berpikir, apakah masa kecil tidak ada habisnya? Lihat saja tempat-tempat hiburan seperti pasar malam, tidak sulit melihat bapak-bapak di area permainan yang (mungkin dengan alibi) mengajak main anak mereka. Padahal mereka sendiri sangat ingin memainkan permainan tersebut. Bagi orang dewasa, hiburan seperti mainan atau per...

Bagian yang Sering Dilupakan Saat Memperjuangkan Nasib Masyarakat Kecil

Sumber gambar: Shutterstock.com Gara-gara media sosial, kehidupan manusia sekarang bisa dibedakan menjadi dua bagian, maya dan nyata. Dua jenis kehidupan yang sangat bertolakbelakang. Dunia maya berarti semu, imajinatif, dan mendekati manipulatif. Sedangkan dunia nyata, adalah dunia yang mendekati titik kesadaran. Apa yang kita lakukan hari ini, apa yang terjadi pada kita hari ini, itulah dunia nyata. Bukan yang terjadi besok, apalagi beberapa hari belakangan. Yang jadi pertanyaan, waktu kita, lebih banyak dihabiskan di mana, di dunia nyata apa di dunia maya. Selama 24 jam, berapa jam waktu kita habis di dunia maya. Jika benar lebih banyak di dunia maya, berarti selamat datang dengan duniamu yang serba manipulatif dan seolah-olah diada-adakan. Begitu juga dengan masalahnya. Dua dunia ini memiliki konflik yang berbeda-beda. Dulu, hadirnya masalah dikarenakan kita sering bertemu fisik. Sekarang, dengan dunia maya, tanpa bertemu, tanpa mengenal, justru bisa jadi masalah, bahkan bisa merem...

Cerita Hafidz Quran Bisa Hafal Cepat di Usia Dini, Salah Satunya Menghafal di atas Pohon

Bilal wajahnya tampak sumringah saat ia turun dari panggung wisudah. Sambil menenteng ijasah tahfidnya, ia berlari menghampiri orang tuanya. Tanpa sadar, air mata bahagianya menetes pelan-pelan. Mereka memeluk Bilal dengan penuh syukur. Mereka sangat bahagia, anak bungsunya berhasil menghafal Al-Quran 30 juz di usia yang tergolong sangat dini. Kelas 1 SMA, baru berusia 16 tahun.  Di saat anak seusianya bermain dan bersenang-senang, nongkrong di warung, main game, pacaran, tawuran, dan sebagainya, Bilal mencoba menahan beragam godaan duniawi itu. Bukan berarti ia tidak bermain, tetapi kadar mainnya ia kurangi demi mewujudkan harapan orang tuanya, yaitu menjadi hafidz Quran.  Melarang Anaknya Bermain, tapi Menyediakan Billiard di Rumah Orang tuanya sangat mengerti keadaannya. Meski dibatasi, mereka tidak membiarkan anaknya tidak bermain begitu saja. Mereka mendukung anaknya bermain dengan cara mereka menyediakan media permainan sendiri di rumah. “Di rumah ada kok mainan. PS juga...