Langsung ke konten utama

PEMBANGUNAN MASA SILAM

Kurang lebihnya pembangunan di Unesa jangan hanya dilihat dari segi konstruksinya, artinya jangan Cuma dilihat proses pembangunannya. Tapi coba mari dilihat dari segi subtansial kegiatannya. Pembangunan bisa dipelajari dari beberapa dimensi, kemudian dimasukkan ke pelajaran hidup, entah itu pelakunya sebagai manusia, mahasiswa atau sebagai pelaku keadaan sosial yang kita geluti. Banyak pendukung-pendukung dari kegiatan pembangunan, diantaranya dari sisi materialnya, kendaraan kontruksinya atau para pekerja yang bertugas sebagai pelaku utamanya. Dari semua itu bisa dipelajari asalkan ada usaha untuk menemukan semua hubungan korelasinya.

Dari segi katanya, pembangunan bisa diartikan sebagai menata kembali sesuatu yang rusak ke yang lebih baik, istilahnya merekontruksi dari yang silam ke masa depan. Dengan arti lain bisa juga diartikan sebagai menambah sesuatu hal baru untuk mendukung dari sesuatu yang sebelumnya. Dari ke dua pengertian itu dapat disimpulkan inti dari pembangunan adalah memperbaiki, baik itu memperbaiki dari yang dulu ataupun sekarang. Semuanya butuh proses panjang karena untuk mempelajari sesuatu membutuhkan harapan, khayalan dan bimbingan.

Di depan ada masa depan, di belakang ada masa silam. Tidak mungkin orang beranjak ke  masa depan tanpa melewati masa silam. Masa lalu adalah pelajaran, sedangkan masa depan adalah representasi untuk menuju sikap sosial yang lebih baik dari masa silam. Masa silam merupakan kekuatan prima atau inti jika dipelajari sub hakikatnya, banyak kesalahan-kesalahan yang terdapat di masa silam. Inti sari dari masa depan adalah khayalan belaka, khayalan yang dibuat ketika mengevaluasi dari keadaan masa silam. Tapi khayalan yang dievaluasi sudah tertanam dibenak masing-masing individu. Bukan berarti masa depan khayalan, jadi kita pesimis untuk melangkah ke depan. Khayalan adalah dorongan. Dengan khayalan tersebut akan terbentuk harapan-harapan dengan usaha untuk maju ke depan.

Kalau orang berkendara tidak mungkin menekan gas nya dengan teratur, tidak ada rumusnya orang berkendara secara teratur. Pasti ada pelan dan cepat. Untuk jalannya juga tidak ada yang selamanya lurus. Antara hubungan gas kecepatan dengan jalan tidak bisa disinkronkan dengan baik, itulah hubungan masa silam dengan masa depan. Adapun jalannya, baik atau buruk. lurus atau berkelok-kelok, cepat atau lambat, pasti di ujung sana tersimpan satu tujuan dan setiap orang jelas berbeda-beda, baik itu bentuk tujuannya dan estimasi waktu sampai ke tujuan tersebut.

Dimensi pandangan ke masa silam adalah suatu kenikmatan yang berbeda. Sedangkan masa depan adalah sifatnya ghoib yang tidak jelas. Sekarang adalah masa silam, masa silam, dan mungkin terus menerus kita hanya berada pada masa silam. Masa depan hanya ekspeksatasi belaka. Kalau masa silam adalah gagal berkarir, tidak berpendidikan, tidak punya angan-angan masa depan, biasanya orang berekspektasi gagal atau buruk ke masa depan. Lalu bagaimana nasib anak jalanan yang tanpa pekerjaan, hidupnya terombang-ambing dihempas debu jalanan. Kasihan mereka sulit merumuskan masa depan. Atau mungkin mereka tidak diperbolehkan mempunyai masa depan. Jika ditarik ke belakang semua manusia sama, cina, indo, melayu, bugis, semuanya sama di mata Tuhan. Sama-sama manusia.

Kadar kemanusiaannya sama rata.
Masa depan adalah kematian. Orang hanya bisa merumuskan masa depan, tapi tidak bisa menetukan. Meskipun itu gelandangan, pengemis, anak-anak jalanan, pasti mereka sudah merumuskan masa depan. Tinggal bagaimana Tuhan mewujudkannya, terserah-serah Tuhan, mau mewujudkannya dimana dan berbentuk seperti apa. Hidup hanya berjalan di kubangan masa lalu. Masa depan hanya pemberhentian sementara, kemudian ada kehidupan awal untuk jenjang berikutnya. Jadi lalui masa lalu itu untuk selalu membangun atau merekonstruksi apa saja yang perlu dikembangkan untuk identitas yang kamu bangun sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inner Child itu Nggak Lucu, Malah Jadi Simbol Kemiskinan

Banyak dari kita pasti pernah mengalami rasa ingin kembali lagi ke masa kecil. Ingin mengulangi masa di mana hidup sangat sederhana, sebatas main, tidur dan sekolah. Masalah yang ada pun tidak sekompleks setelah kita tumbuh dewasa. Kalau menurut saya tumbuh besar itu tidak enak.  Satu dari sekian banyak yang dikangeni dari masa kecil adalah masa bermain. Hal itu bukan tanpa alasan, sebagian besar hidup kita saat kecil, dihabiskan dengan bermain. Tak ayal, satu dari sekian kenangan ini bisa sangat membekas bahkan terbawa hingga dewasa. Banyak orang dewasa yang ketika melihat mainan atau permainan, rasa ingin ikut bermain juga ikut tumbuh.  Dari sini saya mulai berpikir, apakah masa kecil tidak ada habisnya? Lihat saja tempat-tempat hiburan seperti pasar malam, tidak sulit melihat bapak-bapak di area permainan yang (mungkin dengan alibi) mengajak main anak mereka. Padahal mereka sendiri sangat ingin memainkan permainan tersebut. Bagi orang dewasa, hiburan seperti mainan atau per...

Bagian yang Sering Dilupakan Saat Memperjuangkan Nasib Masyarakat Kecil

Sumber gambar: Shutterstock.com Gara-gara media sosial, kehidupan manusia sekarang bisa dibedakan menjadi dua bagian, maya dan nyata. Dua jenis kehidupan yang sangat bertolakbelakang. Dunia maya berarti semu, imajinatif, dan mendekati manipulatif. Sedangkan dunia nyata, adalah dunia yang mendekati titik kesadaran. Apa yang kita lakukan hari ini, apa yang terjadi pada kita hari ini, itulah dunia nyata. Bukan yang terjadi besok, apalagi beberapa hari belakangan. Yang jadi pertanyaan, waktu kita, lebih banyak dihabiskan di mana, di dunia nyata apa di dunia maya. Selama 24 jam, berapa jam waktu kita habis di dunia maya. Jika benar lebih banyak di dunia maya, berarti selamat datang dengan duniamu yang serba manipulatif dan seolah-olah diada-adakan. Begitu juga dengan masalahnya. Dua dunia ini memiliki konflik yang berbeda-beda. Dulu, hadirnya masalah dikarenakan kita sering bertemu fisik. Sekarang, dengan dunia maya, tanpa bertemu, tanpa mengenal, justru bisa jadi masalah, bahkan bisa merem...

Cerita Hafidz Quran Bisa Hafal Cepat di Usia Dini, Salah Satunya Menghafal di atas Pohon

Bilal wajahnya tampak sumringah saat ia turun dari panggung wisudah. Sambil menenteng ijasah tahfidnya, ia berlari menghampiri orang tuanya. Tanpa sadar, air mata bahagianya menetes pelan-pelan. Mereka memeluk Bilal dengan penuh syukur. Mereka sangat bahagia, anak bungsunya berhasil menghafal Al-Quran 30 juz di usia yang tergolong sangat dini. Kelas 1 SMA, baru berusia 16 tahun.  Di saat anak seusianya bermain dan bersenang-senang, nongkrong di warung, main game, pacaran, tawuran, dan sebagainya, Bilal mencoba menahan beragam godaan duniawi itu. Bukan berarti ia tidak bermain, tetapi kadar mainnya ia kurangi demi mewujudkan harapan orang tuanya, yaitu menjadi hafidz Quran.  Melarang Anaknya Bermain, tapi Menyediakan Billiard di Rumah Orang tuanya sangat mengerti keadaannya. Meski dibatasi, mereka tidak membiarkan anaknya tidak bermain begitu saja. Mereka mendukung anaknya bermain dengan cara mereka menyediakan media permainan sendiri di rumah. “Di rumah ada kok mainan. PS juga...