Langsung ke konten utama

GENERASI TERBATAS

Secara harfiahnya sejarah regenerasi perkembangan manusia dilakukan secara bertahap dengan prosedural dan diiringi wilayah sosial komunal yang dipengaruhi oleh beberapa indikator di antaranya sifat, budaya serta berkembangnya karakter yang sesuai pada tuntutan zaman. Melirik penjelasan Manheim (1952) generasi adalah konstruksi sosial di mana di dalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki kesamaan unsur dan pengalaman historis yang sama. Artinya ada sekat memisahkan antara generasi satu ke genersi lainnya. Di mana setiap generasi diciptakan oleh kesepakatan bersama, karena mungkin pada generasi sebelumnya sudah tidak relevan lagi penerapan antara struktur budaya bahkan sampai sosialnya, sehingga kesepakatan itu membentuk suatu generasi baru dengan otomatis kebiasaan terbaru juga.

Di sisi lain setiap tahun yang membedakan kelahiran pasti memunculkan pembaharuan generasi. Tidak menutup kemungkinan pembaharuan itu muncul setiap saat karena manusia tidak bisa memutus perkembangan zaman yang berjalan. Artinya di setiap generasi ada persiapan untuk dilakukannya tahap ke generasi baru. Jika melirik dari beberapa pendapat, seperti yang dikemukakan oleh Howe dan Strauss bahwa generasi kelompok milenial terdiri atas individu yang lahir antara tahun 1982-2004, bahkan lebih lama lagi yaitu seperti yang dilansir oleh majalah Newsweek menjelaskan jika generasi milenial adalah individu yang lahir antara tahun 1977-1994. Dari kedua pendapat di atas bisa dijelaskan kalau memang dalam berjalannya proses regenerasi belum bisa dibuat patokan sebenar-benarnya dari tahun sekian sampai sekian. Sebab dari sesuatu yang menyebabkan munculnya generasi tersebut beserta penamaannya tidak lain dan tidak bukan disebabkan oleh karakteristik perkembangan yang ada di tempat sosial masing-masing individu.

Jika dilihat dari rentan usia yang tidak jauh dari sekarang, maka kategori generasi milenial ini merupakan generasi yang mempunyai tingkat kemajuan tinggi, berpola pikir lebih maju, dan sudah lihai menggunakan fasilitas-fasilitas yang disediakan zaman sekarang, seperti hal nya fasilitas teknologi dan informasi. Sekarang teknologi bisa dengan mudah diakses tanpa berpikir batasannya seperti apa. Ibaratnya teknologi seperti fasilitas lepas, bisa digunakan di manapun serta kapanpun. Alhasil penyalahgunaan pemakaian kerap kali terjadi di era milenial sekarang. padahal, adanya generasi milenial yang berkembang pada kurun waktu semoderen ini mampu diharapakan membawa perubahan sampai membentuk inovasi-inovasi baru yang lebih efisien dalam hal memajukan negerinya sendiri.

Menurut Howe dan Strauss (2000), ada tiga unsur yang lebih lengkap mengidentifikasi generasi dibanding dengan tahun dan usia. Di antaranya yaitu percived membership yang mempunyai persepsi individu terhadap sebuah kelompok di mana mereka tergabung di dalamnya, khusunya pada masa-masa remaja dengan masa dewasa. Common belief and behaviors yang mempunyai sikap terhadap keluarga, karir, kehidupan personal, politik, agama dan pilihan-pilihan yang diambil terkait dengan pekerjaan, pernikahan, anak, kesehatan, kejahatan. Kemudian ada lagi yaitu common location in history, yaitu perubahan pandangan politik, kejadian yang bersejarah, contohnya perang, bencana alam yang terjadi pada masa-masa remaja sampa dengan dewasa muda.

Subtansialnya, perubahan generasi pada usia atau pun secara historis sejarah perkembangan budaya, tidak terlalu menjadi peran penting dari fungsi dan kegunaan generasi milenial. Generasi milenial seharusnya ada karena memang mereka dibutuhkan untuk melengkapi perkembangan. Menempati pos-pos kosong di segala bidang sesuai kemampuan. Namun masa-masa yang menjadikan mereka lebih mengeksistensikan dirinya maju ada pada tingkat pemahaman generasi sebelumnya. Jika dilihat di perkembangan sekarang, kaum-kaum mudah seharusnya lebih bisa mengekspresikan dirinya, menunjukkan kemampuannya, memobilitas kualitasnya secara menyeluruh ke khalayak umum dengan cara sebisa mungkin generasi-generasi sebelumnya harus mampu bersedia memberi peluang-peluang agar mereka bisa lebih mengaktualisasikan apa yang ia punya. Bukan menjadi alasan jika dorongan-dorongan itu mampu terus memupuk para generasi milenial agar lebih kompleks.

Generasi milenial adalah generasi baru dengan semangat baru dan totalitas baru. Selain itu generasi milenial mempunyai kecendurungan lebih lengkap melebihi generasi sebelumnya. Dapat dilihat dari adanya pemimpin-pemimpin muda, aktivis-aktivis muda, dan para penggerak baru, tentunya hasil dari evaluasi dari kenyataan kinerja sebelumnya. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya manusia harus ditunjang dengan fasilitas yang mumpuni baik secara dhohir maupun batin.

Meski dalam lingkup generasi milenial masih mempunyai ciri menyeluruh, tidak menutup kemungkinan batasan-batasan serta generasi terkotak-kotak itu pasti muncul membentuk kelompok-kelompok tersendiri. Ideologi dan prinsip terpecah-pecah, satu ideologi menjadi sub ideologi bercabang. Setiap cabang mempunyai prinsip sendiri pada tindakan, arah gerak sesuai kesepakatan bersama. Meskipun lingkupnya beberapa orang, tapi mereka tentu punya harapan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Akibatnya, mereka tidak bisa berjalan beriringan, namun berlawanan. Setiap ada persoalan yang memungkinkan diselesaikan bersama, justru dengan adanya generasi yang terkotak-kotakkan tersebut masalah akan menjadi sulit terselesaikan bahkan kemungkianan terburuknya antara satu generasi bisa saling bermusuhan.

Hal ini juga menyangkut perihal perbedaan tidak sejalan. Ibaratnya mereka pergi bersama dengan tujuan kota Surabaya, tapi di antara mereka memilih jalur berbeda. Ada yang lewat jalur tol ada juga lewat jalur umum seperti biasa. Jiks kesadaran mereka adalah soal pentingnya tujuan serta subtansialnya kehidupan berkelompok, maka tidak ada salahnya meminimalisir sedemikian mungkin agar perpecahan tidak berlanjut terus menerus. Cara pandangnya harus diubah, awalnya kepentingan sendiri yang menyempit menjadi luas menjadi kepentingan umum.

Mari kita tarik agak sedikit lebih maju pada setiap momentum yang ada, seperti halnya di peringatan kemerdekaan 17 Agustus. Kemerdekaan mempunyai intisari makna yang harus benar-benar dipahami sebagai momen perubahan, baik secara individu maupun kelompok. Sebisa mungkin bagaimana kita sebagai seorang pemuda yang ditempatkan pada keadaan berkelompok, berserikat, dan menjalin kerja bersama mampu memberikan dampak positif bagi masing-masing individu di dalamnya. Kemerdekaan bisa dimaknai kemerdekaan secara nasional, kelompok, ataupun individu. Cara pandang serta sistem struktur kerjanya mungkin kita fokuskan dulu kemerdekaan setiap individu dari masing-masing kita. Ketika kemerdekaan sudah mencapai puncak yang kita harpakan sendiri-sendiri sampai pada kata selesai, maka kemerdekaan pada kelompok dan seterusnya akan lebih mudah tercapai.

Terlebih lagi kita sebagai mahasiswa pergerakan, kaum-kaum terdidik dibungkus dalam bingkai pergerakan. Notabennya orientasi pergerakan kita pada lingkup sosial dan realitas sosialnya, maka makna kemerdekkan tersebut menjadi poin penting untuk dipahami bagaimana masalah-masalah yang akan dihadapi di dalam wadah sosial tersebut. Terlebih lagi soal penindasan, kekuasaan, otoriter pemerintah yang semakin semenah-menah terjadi di depan mata kita. Sudah tidak ada waktu untuk berpikir terkotak-kotak. Kita harus bisa menjadi peemikir bebas, universal, dan fundamental secara bersama untuk kepentingan sosial.

Bagaimana kita bisa dikatakan sebagai kaum pembebas kalau kita masih belum terbebas. Kita masih disangga oleh kemerdekaan dan kebebasan. Kita masih di bawah mereka. Sejatinya kemerdekaan adalah menemukan batas. Fokus kita masih terhadap batas bukan bebas. Secara sadar kita sering kali memberikan kemerdekkan kita kepada orang lain. Padahal kita juga paham kalau kebebasan kita saja masih terbatas. Tugas kita adalah meminimalisir agar keterbatasan kita jangan menjadi kelemahan yang terbatas. Justru ketidaktahuan lah yang menjadi pembatas itu sendiri karena sering kali kita hanya mampu bekerja sebatas pengetahuan, bukan dengan kesadaran real tindakan nyata. Sulit jika acuan kita selalu selesai pada kemerdekaan. Kita cuma bisa berusaha bagaimana keterbatasan itu bisa kita pahami sebagai wujud kemerdekaan sesungguhnya.

Probolinggo, 19 Juli 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inner Child itu Nggak Lucu, Malah Jadi Simbol Kemiskinan

Banyak dari kita pasti pernah mengalami rasa ingin kembali lagi ke masa kecil. Ingin mengulangi masa di mana hidup sangat sederhana, sebatas main, tidur dan sekolah. Masalah yang ada pun tidak sekompleks setelah kita tumbuh dewasa. Kalau menurut saya tumbuh besar itu tidak enak.  Satu dari sekian banyak yang dikangeni dari masa kecil adalah masa bermain. Hal itu bukan tanpa alasan, sebagian besar hidup kita saat kecil, dihabiskan dengan bermain. Tak ayal, satu dari sekian kenangan ini bisa sangat membekas bahkan terbawa hingga dewasa. Banyak orang dewasa yang ketika melihat mainan atau permainan, rasa ingin ikut bermain juga ikut tumbuh.  Dari sini saya mulai berpikir, apakah masa kecil tidak ada habisnya? Lihat saja tempat-tempat hiburan seperti pasar malam, tidak sulit melihat bapak-bapak di area permainan yang (mungkin dengan alibi) mengajak main anak mereka. Padahal mereka sendiri sangat ingin memainkan permainan tersebut. Bagi orang dewasa, hiburan seperti mainan atau per...

Bagian yang Sering Dilupakan Saat Memperjuangkan Nasib Masyarakat Kecil

Sumber gambar: Shutterstock.com Gara-gara media sosial, kehidupan manusia sekarang bisa dibedakan menjadi dua bagian, maya dan nyata. Dua jenis kehidupan yang sangat bertolakbelakang. Dunia maya berarti semu, imajinatif, dan mendekati manipulatif. Sedangkan dunia nyata, adalah dunia yang mendekati titik kesadaran. Apa yang kita lakukan hari ini, apa yang terjadi pada kita hari ini, itulah dunia nyata. Bukan yang terjadi besok, apalagi beberapa hari belakangan. Yang jadi pertanyaan, waktu kita, lebih banyak dihabiskan di mana, di dunia nyata apa di dunia maya. Selama 24 jam, berapa jam waktu kita habis di dunia maya. Jika benar lebih banyak di dunia maya, berarti selamat datang dengan duniamu yang serba manipulatif dan seolah-olah diada-adakan. Begitu juga dengan masalahnya. Dua dunia ini memiliki konflik yang berbeda-beda. Dulu, hadirnya masalah dikarenakan kita sering bertemu fisik. Sekarang, dengan dunia maya, tanpa bertemu, tanpa mengenal, justru bisa jadi masalah, bahkan bisa merem...

Cerita Hafidz Quran Bisa Hafal Cepat di Usia Dini, Salah Satunya Menghafal di atas Pohon

Bilal wajahnya tampak sumringah saat ia turun dari panggung wisudah. Sambil menenteng ijasah tahfidnya, ia berlari menghampiri orang tuanya. Tanpa sadar, air mata bahagianya menetes pelan-pelan. Mereka memeluk Bilal dengan penuh syukur. Mereka sangat bahagia, anak bungsunya berhasil menghafal Al-Quran 30 juz di usia yang tergolong sangat dini. Kelas 1 SMA, baru berusia 16 tahun.  Di saat anak seusianya bermain dan bersenang-senang, nongkrong di warung, main game, pacaran, tawuran, dan sebagainya, Bilal mencoba menahan beragam godaan duniawi itu. Bukan berarti ia tidak bermain, tetapi kadar mainnya ia kurangi demi mewujudkan harapan orang tuanya, yaitu menjadi hafidz Quran.  Melarang Anaknya Bermain, tapi Menyediakan Billiard di Rumah Orang tuanya sangat mengerti keadaannya. Meski dibatasi, mereka tidak membiarkan anaknya tidak bermain begitu saja. Mereka mendukung anaknya bermain dengan cara mereka menyediakan media permainan sendiri di rumah. “Di rumah ada kok mainan. PS juga...