Aku tidak bisa berkata apa-apa, tidak bisa berfikir
apa-apa, sampai aku tidak bisa mengartikan sisi pengalamanku ketika itu.
Kehidupan yang tak terbiasa aku lakukan. Ketika kecil pun mungkin hal semacam
itu tidak terjadi di kalangan kehidupan sosialku. Kalau pun orang yang bisa
menduga-duga apa yang menjadi sebab akibat yang ditimbulkan anak-anak itu, bisa
jadi hanyalah analisis praduga. Karena manusia hanya bisa mengira sampai pada
batas tertentu. Sedangkan untuk kepastiannya, manusia tidak berhak melakukannya.
Kehidupan sosial mempunyai peran penting disetiap perkembangan individu
manusia. Kata guru saya “Orang yang bergaul dengan minyak wangi, maka orang itu
akan ketularan wangi. Jika ada orang yang bergaul dengan kotoran, maka orang
itu juga akan ikut kotor.” Tapi jika dilihat dari sudut pandang berbeda, saya
tidak bisa membedakan mana kotor dan bersih. Ada orang yang dianggap kotor,
tapi di lain perilakunya, dia mempunyai hati yang besar. Penuh ketoleransian,
kedermawanan dan kearifan. Di sisi perilakunya yang tak begitu baik mungkin dia
menyembunyikan hatinya tersebut. Banyak juga orang yang dianggap bersih,
dilihat dari perilakunya sudah terlihat kalau dia mencirikan orang yang baik. Tapi tanpa banyak orang tau kalau
di hatinya selalu terbesit untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan
perilaku pencitraannya ke orang lain. Saya betul-betul bingung dengan sistem
penilaian yang bersifat subjektif seperti itu. Kalau ingin mencoba menilai
seseorang dengan objektif, harus betul-betul dinilai dengan teliti. Selain dari
perilakunya, alangkah baiknya dicoba beberapa hari tidur dirumahnya atau
menjadi asisten pribadinya dengan suka rela.
Saya tidak habis pikir,
tetangga saya kemarin mengalami pencurian dengan teknik penggendaman, bayangkan
mau mencuri saja ada tekniknya. Dia seorang juragan ikan tambak, apapun hasil
ikan yang dipanen petani tambak, selalu di jual kepadanya. Tiap pagi dia
menunggu jemputan sambil berdiri di pojokan desa pinggir jalan, entah saat itu
kenapa orang yang ditunggu lama sekali, oh ya, tiap hari dia selalu ke pasar
ikan untuk menjual panen ikan para petani. Pakaiannya terlihat mewah, kalung
dan gelang yang dikenakannya dari emas. Tidak terlihat kecil, melainkan
besar-besar. Memang dandanan para juragan ikan di tempat saya seperti itu. Tapi
Mungkin hari itu adalah hari sialnya. Setelah lama menunggu, akhirnya ada mobil
yang menghampirinya, mobil bagus berwarna merah, sopirnya menawari dia untuk
naik di mobilnya. Tanpa pikir panjang dia langsung masuk ke mobil tersebut,
berhubung sudah dikejar watu. Karena kalau terlalu siang, pasar ikan itu segera
tutup. Ternyata di dalamnya tiga orang laki-laki berjubah putih-putih,
ditangannya selalu menggerakkan tasbih, mulutnya tiada henti mengucap kalimat
dzikir.bahkan katanya, mereka bertiga tersebut ketika perjalanan sering
menasihatinya. Mirip sekali dengan para ulama’-ulama’. Tapi apa, sekejap saja
dia langsung terkena gendam, seluruh uang yang ada di dompetnya diambil, semua
perhiasan yang dikenakannya raip di curi mereka. Tragisnya dia diturunkan tidak
di tempat tujuannya dengan tidak sadar.
Dari kejadian itu, saya
tidak bisa memandang orang lain dengan sebelah mata, sebab orang baik belum
tentu baik, orang jelek pun belum tentu jelek. Baik dan jelek hanya Allah yang
mengetahuinya. Meskipun kalau kamu menganggap orang baik, apakah kamu tau
kesehariannya dirumah, bagaimana cara dia bersikap terhadap diri sendiri. Orang biasanya mempunyai prinsip kehidupan
sendiri-sendiri. Pikiran orang-orang pun bisa bercabang-cabang. Ada yang
berpikiran kalau sebisa mungkin dia harus menyembunyikan kebaikannya seperti
dia menyembunyikan aibnya sendiri, lebih baik orang menilai dengan keburukan,
biar Tuhan saja yang menilai saya dengan kebaikan melalui hatiku.
Itulah salah satu ciri
kehidupan sosial, banyak kaca mata yang digunakan dalam menilai. Sama halnya
dengan orang-orang yang saya temukan di pinggiran kota Surabaya, tepatnya di
terminal Joyoboyo. Miris, ketika saya tiap tahun merayakan kemerdekaan bangsa
Indonesia, bahkan seringkali menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tapi ketika
melihat mereka berkehidupan, terasa sedih dan bersyukur di hati. Bagaimana
kalau aku yang dilahirkan di tempat seperti ini?, Pasti aku akan tidak menjadi
yang saat ini. perilaku dan kebiasaanku pasti sangatlah berbeda. Kesedihanku
terasa sangat mendalam ketika saya berpikir kalau seberapa dosanya, para
teman-teman yang diatas sana seakan melupakan sisi lain dari kehidupan sosial
yang seperti ini. Peristiwa itu saya ketahui saat aku mencoba mengikuti
komunitas sosial yang bernama Lentera Kota, komunitas ini berdomisili di Kampus
UNESA, karena kebanyakan pendiri dan para anggotanya berkuliah di UNESA. Di
situ saya mulai sadar. Tidak ada apa-apanya orang kaya kalau bukan karena
mereka, tidak ada apa-apanya para pejabat yang duduk di kursi bagus,
berfasilitas mewah, kalau bukan karena mereka semua.
Katika saya tanya “Apakah
mereka sekolah?”, dan jawabannya adalah ternyata mereka sekolah. Kemudian,
apakah dengan mereka sekolah sikap dan perilakunya tidak bisa berubah. Apakah
sebegitu kuatnya peran sosial mempengaruhi mereka. Kenapa saya bisa ngomong
seperti itu, karena saya tau dan pernah berkecimpung disana. Saya tidak mau
menceritakan sikap mereka, kelakukan serta bagaimana cara mereka beraul. Kalau
mau tau silahkan datang sendiri kesana. Analisis serta coba menilai sikap
mereka dengan sesama dan bergaul terhadap temannya.
Apakah mereka termasuk
orang yang teraniaya? Kalau memang teraniaya, lantas mereka dianiaya oleh
siapa?. Sedangkan di hadapan Tuhan, lebih dikabulkan mana do’a ora yang
teraniaya atau orang yang tidak teraniaya. Menurut saya, percuma kalau
orang-orang yang sedang memanifestsikan politiknya untuk Indonesia ini tanpa
do’a dan dukungan mereka. Do’a mereka lah yang lebih terkabul dibandingkan
dengan do’a-do’a orang yang biasa. Negara tidak bisa berhasil tanpa do’a
orang-orang seperti mereka. Tugas negara adalah membesarkan hati mereka,
mengayomi mereka dan mengasihi mereka. Itu adalah rakyat Indonesia. Do’a dari
kejayaan bangsa adalah berasal dari mereka semua.
Para ulama’, kiyai, dan
orang-orang pintar tidak pernah tau, do’a siapa yang dikabulkan oleh Allah.
Do’a terkabul adalah bisa dari mana saja, bisa dari orang yang mendo’akan, bisa
dari orang yang dido’akan. Bahkan biasanya disuatu acara pengajian yang sampai
ratusan bahkan ribuan penontonnya, ada yang paling pojok di bawah pepohonan
dengan ikhlas mendengarkan kiyainya berceramah, ada yang menonton dari yang
paling jauh dari panggung. Mungkin itu yang dikabulkan do’anya oleh Allah. Kita
tidak tau siapa dan kapan do’a kita dikabulkan oleh Allah.
Harapan dari Lentera Kota
adalah tentunya dengan hati yang ikhlas, tanpa ada rasa pamrih untuk mendapatkan
sesuatu. Mereka berupaya sedikitnya bisa mengubah sikap dan perilaku mereka
dalam bergaul. Semua anggota di lentera kota tidak bisa merubah keadaan disana,
mereka hanya bisa berusaha dan berjuang. Selebihnya hanya Allah yang bisa
menentukan atas izin dan kuasanya.
Mereka sama sekali tidak bisa disalahkan, mereka
kelihatan kotor secara kasap mata, tapi secara hati, mereka lebih kuat
dibandingkan kita semua, mereka terbiasa terlatih dalam kondisi seperti itu.
Kuat secara mental dan hati, mereka bisa lebih tangguh dalam menghadapi kondisi
apapun. Sebab mereka sudah terbiasanya dengan ancaman, desakan, dan kesusahan
Semoga mereka adalah orang-orang yang disayang oleh Allah, semoga Allah mau
memajukan negara Indonesia ini karena mereka semua. Mereka adalah orang yang
harus diingat, tapi seakan dilupakan.
Minggu, 20 Agustus 2017
Komentar
Posting Komentar