Dunia dan kehidupan adalah sebuah tantangan jasmani dan
kerohanian. Gejolak batin dan lahiriah selalu beriringan dengan situasi dan
kondisi di sekeliling manusia. Kerohanian sangatlah berperan penting ketika
hati tidak bisa menentukan arah tujuan panah meluncur ke tempat sasasaran.
Ketika semua sasaran sudah dianggap tepat, barulah hati yang selalu mengarahkan
mana baik dan buruk saat menju ke sasaran tersebut. Kadang orang berfikiran
kalau sasaran pusat itu tidaklah terlalu penting, kadang juga ada orang yang
menganggap itu sangat penting, bahkan beberapa orang merasa itu sama sekali
tidak penting. Dari situ orang dibuat berbeda karena sebuah prinsip kehidupan
masing-masing. Apalagi tentang kehidupan yang mengenai pendidikan. Dengan semua
analogi itu, lebih tepatnya apabila semua persoalan di titik beratkan tentang
pendidikan. Pendidikan sudah menjadi barang kebiasaan bagi semua pemberdaya
kemanusiaan. Karena hubungan manusia dan penidikan sangatlah kuat erat
sambungannya. Beda lagi dengan soal pembelajaran, pembelajaran disampaikan
dengan materi-materi yang sudah disiapkan dan telah tersusun secara sistematis
dan turun temurun. Pelaku pembelajaran seperti siswa dari tingkat bawah sampai
ke yang maha yaitu mahasiswa. Maha dari siswa-siswa, yang tingkatannya sudah
lebih tinggi dari tingkatan siswa. sistem pemikiran tentu saja berbeda. Apalagi
dengan perilaku, sudah pasti berbeda. Perpaduan antara pemikiran dan perilaku
itu saling mengikuti. Ketika pemikiran baik maka otomatis perilaku pun
mengikutinya dengan baik. Pembahasannya pun sudah berbeda lagi dengan siswa,
biasanya pembahasan seputar anak kuliah adalah tentang ideologi dan idealisme,
popkoknya yang mencangkup dengan intelektual. Ada yang berintelektual tinggi,
ada yang sedang dan ada yang rendah. Bahkan ketika mereka sedang minum kopi
bersama atau hanya sekadar kumpul diskusi, tidak menutup kemungkinan mereka
membahas yang sedang dan yang rendah tadi. katanya Kalau tidak berideologi berarti kurang
berprinsip. Kalau tidak idealisme berarti kurang berfikir. Itu sih kata
orang-orang. Bukan kata saya.
***
Soal Mahasiswa
Lingkungan sangatlah
berperan penting bagi mahasiswa. Kalau bergaul dengan mahasiswa yang suka
bermain game, maka tidak langsung kita dianggap anak yang kurang ideologis.
Kalau kita bergaul dengan anak yang setelah kuliah langsung pulang, justru kita
dianggap anak yang kurang pergaulan. Mahasiswa kupu (Kuliah pulang). Kalau
setiap harinya kita kuliah rapat, ada lagi orang yang berpendapat kalau itu
aktivis, entah itu aktivis ekstra kampus atau aktivis intra kampus. Bahkan rapat itu pun tidak tahu rapat apa. Itulah
peran lingkungan. Semua anak digiring presepsinya dengan mengkuti
anggapan-anggapan yang kurang semestinya. Pengendalian sosial ini perlu ditekankan
kepada setiap mahasiswa. Pola pikir semacam ini seharusnya tidak perlu ada.
Percayalah semua manusia pasti mempunyai prinsip yang berbeda-berbeda. Kalau
tidak percaya, manusia sejak dari kecil sudah mempunyai prinsip untuk menata
hidupnya sesuai dengan oposisi keadaan jiwa dan pikirannya. Ada yang sadar, ada yang belum sadar, ada
yang kurang sadar. Dari ketidak sadaran itu Mahasiswa bisa dikatakan sebagai
makhluk mandiri, dilihat dari segi tingkah berpikirnya. Mahasiswa dilatih untuk
berfikir secara kritis, tanggap, dan ahli dalam menanggapi persoalan-persoalan
disekelilingnya. Mahasiswa dituntuk bisa berfikir secara rasional dan
irasional.
Apa yang tidak bisa ditangkap secara akal, maka mahasiswa bisa menangkap itu secara irasional atau ketidak masuk akalan. Sebaliknya, apabila mahasiswa tidak bisa menangkap persoalan secara irasional, maka mahasiswa setidaknya persoalan tersebut dicari titik pusatnya yang berhubungan dengan logika. Permasalahannya, mahasiswa hanya dituntut untuk berifkir bagaimana kuliah mendapat IPK bagus, IPK tertinggi, tapi pemahaman secara subtansinya dihilangkan, sehingga mahasiswa kurang bisa berfikir secara mandiri. Materi selalu ditekankan dalam dunia perkuliahan. Kuliah ini supaya nanti bekerja ini. Jurusan ini supaya nanti menjabat disini. Mahasiswa sudah hilang rasa kemurniannya. Sadar atau tidak sadar, kita dari kecil selalu diajarkan oleh guru kita peribahasa ada udang di balik batu. Setiap kebaikan atau perilaku pasti ada maksudnya. mungkin Itulah salah satu yang menjadi permasalahan, apakah setiap kebaikan pasti ada maksud tertentu. Kalau seperti itu maka hilanglah keikhlasan orang berbuat baik karena presepsi ungkapan itu. Belum apa-apa orang sudah berfikiran keburukan. Mahasiswa lebih cenderung berfikir untuk mengutamakan nilai dari pada hati. Padahal nilai hanyalah hasil dari perasaan hati. Hati mu ikhlas, hatimu jujur, hati juga bergantung pada fikiran, bila hati dan fikiranmu jernih, Insyaallah nilai atau hasil adalah imbalan dari prosesmu yang sudah berjuang. Sebagai seorang mahasiswa, bisa dikatakan orang yang berintelektual tinggi. Kata berintelektual adalah tanggung jawab yang diamanahkan kepada semua Mahasiswa. Intelektual adalah orang yang berpengetahuan tinggi. Secara sikap orang intelektual tentunya tau bagaimana sikap yang harus diambil jika mengendalikan suatu permasalahan, baik itu didalam dirinya sendiri ataupun di luar dirinya sendiri. Lebih sulit mengendalikan persoalan dari dalam, dari pada di luar diri, karena ini soal lawan yang harus dihadapi. Kalau dari dalam musuhnya yaitu diri kita sendiri, sedangkan dari luar bisa kita kendalikan secara flexibel, kadang sulit kadang juga mudah. Bergantung pada bagaimana kita menyikapinya, karena musuh yang kita hadapi terlihat dan nampak jelas, apalagi itu sangat mempengaruhi pergolakan batin kita. Sangat sulit untuk dilawan dan dimenangkan. Ada kunci untuk melawan semuanya, dengan cara melatih ikhlas, sabar dan selalu beranggapan baik kepada sesama manusia.
***
Peran Mahasiswa
melihat
pergolakan persoalan negara seperti ini,
peran dan tugas mahasiswa sangatlah diperlukan. Persoalan bangsa yang
bertubi-tubi menghujani Indonesia merupakan tanda kalau Tuhan sangat mencintai
dan menyayangi hamba-hamba nya. Karena dengan cobaan, manusia akan naik kelas
dari kelas sebelumnya. Semoga Indonesia adalah negara yang di cintai Tuhan.
Kita sebagai rakyat kecil hanya menunggu, kapan kenaikan itu akan datang.
Hubungannya dengan mahasiswa yaitu Pemikiran-pemikiran mahasiswa sangat dibutuhkan,
mengingat mahasiswa juga termasuk kelompok penggerak nasional. Penggerak
berarti mengarahkan suatu orang untuk bertindak, bangkit secara sadar dari
titik awal ke titik selanjutnya. Bahasa lain bisa juga dibilang sebagai seorang
pengingat. Namun manusia harus mempunyai kadar kepekaan rasa untuk mengatur
tingkat kesadarannya. Mungkin bisa belajar dari sistem rumah tangga, ibu-ibu
biasanya membuat skala prioritas yang berguna untuk mengatur segala pemasukan
dan pengeluaran, namanya juga prioritas, mana yang harus dipentingkan,
didahulukan dan mana yang tidak harus di nomor duakan. Hubungannya dengan
mahasiswa adalah, kita harus menerapkan sistem skala prioritas tersebut dalam
menyikapi persoalan-persoalan yang mengelilingi kita.
Apalagi sumber dari segala sumber persoalan ada kebanyakan dari media massa. Namanya juga berita, buatan manusia, tentunya masih belum tahu benar salahnya berita tersebut dimana. Mungkin juga ada yang ditambah bahkan dikurangi. Itulah peran seorang mahasiswa, harus tau mana persoalan yang semestinya harus ditanggapi dan mana persoalan yang tidak semestinya ditanggapi. dan mana persoalan yang menjadi kewajiban kita untuk diselesaikan dan mana persoalan yang tidak menjadi kewajiban kita untuk diselesaikan. Sesimpel itu cara kita menanggapi sebuah persoalan sebelum masuk ke dalam titik permasalahan. Yang paling Utama adalah disekeliling kita, apa yang menjadi tanggung jawab kita selesaikan terlebih dahulu. Dan semua mahasiswa sebenarnya harus secara sadar sesadar-sadarnya dan paham sepaham-pahamnya mengetahui persoalan dalam lingkup sekitar sebelum mereka menginjak ke lingkup yang lebih luas. Setelah mengetahui pagar dari persoalan tersebut, barulah kita memasuki persoalan itu, karena tidak mungkin kita masuk ke persoalan tanpa melewati pintunya. Bagaikan rumah tanpa pintu, pasti banyak pencuri yang gampang memasukinya. Tetapi kita buat suatu persoalan itu secara linear. Persoalan tidak mungkin hanya satu sudut saja. Buat apa para ilmuan membuat banyak sudut tapi kita hanya menggunakan satu sudut. Persoalan bisa mudah jika persoalan itu kita lingkari dan harus disikapi dari berbagai sudut pandang, salah dan benar. Baik dan buruk.
Orang jika membuat lingkaran tentunya dimulai dari satu titik kemudian menyambung ke titik selanjutnya hingga membentuk suatu lingkaran. Kalau kita menyikapi persoalan ataupun permasalahan tersebut dengan melingkar, maka dengan sangat mudah menganalisis mana yang baik dan buruk permasalahan itu, kalau ada baik pasti ada buruk dan juga sebaliknya. Dengan kita mengetahui titik mula tersebut, maka nanti akan mengetahui permasalahan itu berasal dari titik mana dan juga berakhir di titik mana. Tapi kebanyakan orang sekarang terlalu tergesa-gesa jika menanggapi permasalahan, kalau benar, kebenaran terus yang diungkap, tanpa melihat kesalahan. Kalau salah, diungkap terus kesalahannya tanpa memandang kebenarannya. Ayo mahasiswa, lebih objektif lagi untuk menilai. Boleh bertindak tapi harus punya kemandirian yang berprinsip. Jangan hanya ikut-ikutan dalam bertindak, karena itu akan membuat kamu sendiri yang rugi. Sesungguhnya peran mahasiswa yang terpenting adalah kembali ke asalnya yaitu masyarakat. Karena mahasiswa mempunyai kontrol sosial yang sesungguhnya. Percuma kamu eksis di kampus, menjadi aktivis kampus, tapi ketika pulang ke masyarakat, kamu masih merasa asing. Lantas yang menjadi pertanyaan, lalu kamu kuliah buat apa, apakah kamu tidak diajarkan di organisasi-organisasi yang kamu ikuti, bahwasanya seberapa penting mahasiswa bagi masyarakat.
***
Perbaikan Dari Dalam
Kesadaran paling baik
adalah kesadaran dari diri sendiri. Kemauan yang baik adalah kemauan dari dalam
diri sendiri. Sebaik-baik orang adalah orang yang sadar akan kesalahan dan mau
memperbaikinya. Sebelum melakukan perbaikan dari luar, alangkah baiknya
melakukan perbaikan dari dalam dahulu. Yang namanya belajar memang tidak luput
dari kesalahan, karena hidup itu tetang belajar, kalau sudah merasa benar,
mending tidak perlu belajar. Kesalahan bisa menghantarkan kita pada kebenaran.
Bagaimana kita tau kebenaran kalau tidak menemukan kesalahan terlebih dahulu.
Berbicara mengenai kesalahan, paling tepat yang harus diperbaiki adalah
pemahaman tentang pendidikan. Pendidikan melulu bukan hanya tentang belajar,
para guru atau dosen harus bisa menjelaskan secara sistematis bagaimana
pendidikan itu sebenarnya. Setelah mengetahui tentang pendidikan, dosen memberi
pemahaman tentang belajar itu seperti apa. Dalam belajar meliputi apa saja yang
harus jadi pemahaman. Setelah itu baru perbaikan dari segi konsep
pendidikannya. Dalam penilaian yang
semestinya haruslah bersifat objektif dan real. Kesadarn seperti seharusnya
perlu di tingkatkan, memang sepele, tapi itu bisa dibuat bahan belajar bagi
para mahasiswa dan tenaga pendidik di situ.
Tipe mahasiswa itu sangat bermacam-macam, ada yang anak organisasi, ada yang tidak mau ikut organisasi dengan alasan tidak mau terikat oleh siapapun. Ada lagi yang ikut organisasi hanya untuk mencari eksistensi semata. Ciri khas seperti itu sangat lumrah di kalangan mahasiswa. Namun kebanyakan dari mahasiswa lain sering berfikiran berbeda. Ada yang menganggap baik ada pula yang menganggap buruk. Ada juga anak yang lebih senang mengikuti kegiatan diluar kampus, entah itu mengikuti komunitas atau organisas-organisasi yang selain dalam lingkup kampus. Sebagai seorang mahasiswa harus terbiasa berfikir jernih, bahwasanya setiap manusia, setiap orang mempunyai pemikiran dan pendapat yang berbeda-beda. Sikap seperti itu tidak ada yang salah. Tolong semua mahasiswa disadari, manusia sudah diberi anugerah kemerdekaan masing-masing. Melainkan manusia itu sendiri yang merelakan kemerdekaannya diambil oleh orang lain. Dengan kemerdekaan juga manusia akan lebih mengenal batas-batasnya. Sebab jika manusia sudah melewati batasnya, maka manusia tersebut akan hancur dihancurkan dirinya sendiri.
Dilingkungan kampus pun,
khususnya para akademis kampus maupun yang berada di organisasi intra kampus.
Seharusnya lebih mampu mendidik para mahasiswa untuk belajar yang semestinya.
Bagaimana cara menyikapi sistem belajar dan mendidik. Harus dilihat dulu
bagaimana esensi dari mendidik dan belajar. Jangan membuat kesalahan yang
nantinya akan memunculkan kesalahan terus menerus. Bahkan bisa memungkinkan
lebih parah. Saya menulis ini bukan saya sok-sok an atau pintar sendiri, tapi
saya menulis ini hanya ingin mengapresiasikan apa yang ada di pikiran saya.
bukan menyalahkan siapapun dan bukan membenarkan siapapun. Ayo kita sadarkan diri
kita sendiri. Diperbaiki secara perlahan-lahan. Nantinya kita tidak salah
kaprah dalam mengartikan segala sesuatu.
Selasa, 1 agustus 2017
Ahmad Baharuddin Surya,
Komentar
Posting Komentar