Sistem adalah sebuah keadaan yang teroganisir dari satu
bagian ke bagian-bagian yang lain. Semua keadaan bila sudah tersistem, sistemis
dan sistematis, insyaallah semuanya akan bisa terorganisir dengan baik. Salah
satunya berupa ilmu, ilmu saja bila sub-sub disiplin ilmunya disusun secara
tersistem dan terstruktur, maka orang akan mudah mempelajarinya dengan sangat
mudah. Apabila mencangkup dengan sistem yang mengatur tentang pemerintahan,
dari pemerintah pusat, segala keadaan dan formalitas kenegaraan sudah tertata
dengan rapi, dari keadaan rakyat, fasilitas kebutuhan rakyat sampai mengatur
pola kemanusiaan rakyatnya hingga ke daerah-daerah, desa-desa, kampung-kampung,
bahkan lurah hingga RT dan RW, mungkin rakyat bisa tidur pulas di kasur rumah,
tanpa harus memikirkan bagaimana cara untuk kehidupan besok.
Kejadian ini bisa dibilang geguyon, mungkin juga bisa
dibilang lawakan antara pejebat pemerintahan desa kepada rakyatnya. “ Entah
pejabat tersebut kurang mengerti agama atau kurang paham dengan sistem tata
kelola negara, atau juga sama sekali tidak mengerti demokrasi, bahkan sama
sekali tidak tahu pancasila. Kiranya anak desa itu tidak mengerti apa-apa,
sehingga mereka dengan gampang mengatur mulutnya untuk berbicara ngalor ngidul.
Sudah jelas demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat dan oleh
rakyat. Rakyat memegang kekuasaan tertinggi di negara ini. Semua uang negara
adalah uang rakyat. Dia pikir aku ini orang bodoh. ”. Itu yang Bagong katakan kepada
Paimen, di sela-sela duduk di depan teras sambil membawa kertas proposal di
tangannya. Pemerintahan tanapa rakyat mustahil bisa berjalan. Rakyat tanpa
pemerintahan kemungkinan besar bisa berjalan. Ah, rakyat kan sudah besar-besar.
Pasti sudah bisa mengatur kehidupannya sendiri-sendiri.
***
Permasalahan Bagong terletak pada internal organisasinya.
Yang sedikit Bagong ketahui tentang organisasi, meskipun Bagong bisa dibilang
bukan anak organisasi. Aktif di organisasi juga tidak. Pengaruh di organisasi
pun juga tidak. Tapi ya Sudahlah, yang terpenting dia bisa ngopi sambil
berfikir bagaimana caranya besok bisa membeli sebatang rokok. Di sisi lain,
Bagong berkata, Nama organisasi adalah pengetahuannya, sedang cara untuk
mengendalikan organisasi itu ilmunya. Meskipun kurang paham dengan pengetahuan
organisasi, tapi yang penting itu ilmunya. Percuma tahu pengetahuannya, tapi
tidak tahu ilmunya. Organisasi adalah
lingkup perkumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama. Disini Bagong hanya
mempunyai satu tujuan, satu visi dan satu irama senada, yaitu bersama-sama
membangun desa, meramaikan desa, mengaktifkan desanya dari segi kekuatan para
pemuda-pemudanya. Kebaikan semacam itu mahal sadarnya, pengorbanan seperti itu
kuat ambisinya. Namun, kebaikan hati pejabat desa yang dimiliki Bagong itu
entah kurang baik, atau saking baiknya, hingga rakyat yang seperti Bagong
meminta uang untuk desanya pun tidak dikabulkan. Miris sekali, reaksi tidak
seimbang antara aksi yang dilakukan olehnya selama ini.
Organisasi tanpa dana ibarat anak kecil yang tak diberi
uang ayahnya. Padahal Organisasi yang dipimpin bagong ini sudah jelas struktur
organisasinya, jajaran petinggi dari organisasinya pun juga sudah jelas.
Sistemnya, Organisasi terbawah meminta dana di atasnya, diatasnya lagi meminta
diatasnya, sampai di atasnya meminta dana yang paling atas. Lalu yang paling
atas pun itu hasil dari uang rakyat juga. Itu lah siklus pengoperasian dana
dari rakyat. Paham atau tidak paham itu yang terjadi. Pandangan yang telah
tergambar di benak Bagong terasa hambar tanpa terealisasikan. Biarkan semua
mengalir, kebaikan jika dicegah-cegah, malah semakin dicegah, maka rusak nilai
kebaikannya. Asalnya kebaikan dimulai dengan hati ikhlas dan pikiran yang
jernih, kemudian di perjalanannya terdapat hambatan yang tidak sesuai
kehendaknya. Bisa jadi kebaikan itu sudah merusak niat awalnya. Keikhlasan bisa
jadi berubah dengan kedengkian dan balas dendam.
Legalitas organisasi bisa dikatakan penting bisa juga
dikatakan tidak terlalu penting. Legalitas yang diperlukan Bagong secara formal
tidak terlalu muluk-muluk orangnya, ya kepala desa tersebut. Toh, yang memberi
legalitas pun tidak memperdulikan itu. Yang diinginkan Bagong hanya legalitas
pengakuan tentang status sosial masyarakat. Percuma juga mempunyai legalitas
formal, tapi tidak berjalan. Mending legalitas sosial tapi berjalan dan
mendapat pengakuan. Bagong juga kurang tau dengan sistem organisasinya yang
sebenarnya. Yang penting katanya dia harus segera diakui oleh masyarakat.
***
Berbicara tentang peng-akuan. Perlu gak sih pengakuan
tersebut. Bisa tidak organisasinya bagong berjalan tanpa nama organisasi. Jika
dilihat dari permasalahan yang terjadi, latar belakang organisasi Bagong sudah
tidak jelas, keadaan pemerintah desa dan strukturnya pun juga tidak jelas.
Kalau dipikir-pikir, ini seperti organisasi independen, berdiri sendiri.
Padahal sudah jelas ada, di zaman Presiden Soeharto pun sudah terlihat dan
nampak. Bahkan kementrian yang menaunginya pun juga sudah sangat-sangat jelas.
Apa mungkin pemerintah desa tidak membutuhkan pemuda-pemuda seperti Bagong dan
kawan-kawannya. Membuat acara tanpa legalitas, tapi hanya menggunakan nama
organisasinya pun bisa. Kenapa?. Pertama, kegiatan yang direncanakan sudah
berjalan tanpa pengakuan pemerintah desa. Kedua, masyarakat juga sudah banyak yang mengenal
nama organisasinya. Ketiga, tanpa pengakuan formalitas pun, Bagong bisa meminta
dana dari masyarakat, tanpa harus ke desa. Padahal uang desa itu uang
masyarakat. Keempat, berhubung masyarakat kurang tahu legalitas sistem
organisasi, pasti mereka melihat orangnya, nama organisasi sudah menempel di
benak-benak mereka. Padahal masyarakat juga kan tidak tahu organisasi itu sudah
mendapat legalitas formal atau belum.
Kata Bagong, berjuang itu perlu, asalkan bersama-sama.
Keterprukan itu nikmat. Tidak ada di dunia yang tidak nikmat. Semua Nikmat
wajib disikapi, maka akan berbuah hasil, meskipun itu entah ada jarak antara
hasil dan perjuangan. Keterpurukan itu jika dilakukan dengan kebangkitan dan
dengan kesadaran, insyaalah itu akan menjadi pelatihan oleh pikir jiwa. Ingat
hukum newton aksi reaksi. Semakin besar aksi yang dilakukan, maka akan
sebanding pula reaksi yang terbalas. Jika dalam keterpurukan diberi bumbu-bumbu
aksi, maka reaksi dari keterpurukan itu akan cepat kalah dengan kesadaran dan
keikhlasan untuk beraksi.
Rabu, 2 Agustus 2017
Komentar
Posting Komentar