Langsung ke konten utama

ISLAM DI MANA-MANA

             Berbicara tentang Islam, apa sih sebenarnya definisi tentang Islam?, Islam tidak lain dan tidak bukan merupakan agama penyempurna dari agama – agama yang lain. Bukan berarti agama yang lain salah, disini Islam sebagai pelengkap, istilah dalam sebuah masakan, islam merupakan bumbu penyedap yang paling sedap diantara bumbu – bumbu yang lain. Namun akhir – akhr ini agama Islam digoncang - gancingkan seorang oknum yang dalam sesi bicaranya mengatakan sebuah tafsiran ayat dalam Al qur’an yang seharusnya tidak perlu dikatakan tetapi akhirnya dikatakan pula. Saya bukan memihak pada oknum tersebut atau memihak pada Islam, disini saya lebih tegak memihak pada garis Allah. Di dunia, khususnya negara – negara eropa banyak orang – orang yang menentang atau berdemo dengan Islam, ingat dengan Islam agamanya bukan dengan orang nya. Tapi yang membedakan dengan di Indonesia adalah bahwa yang dituntut bukan agama yang dianut oleh oknum tersebut, melainkan orang nya yang dituntut. Kalu banyak orang yang memihak kepada oknum tersebut dengan berbicara “ Islam baru disinggung seperti itu saja ngamuk, padahal orang Islam banyak menyinggung tentang kristen, mereka malah diam saja “. Tadi sudah di jelaskan, di permasalahan ini bukan agama yang menyinggung, melainkan orang nya yang menyinggung. Jadi kalau orang bertanya tentang seperti itu, maka tanyalah dulu dia memihak pada siapa.

              Tapi di setiap masalah pasti ada hikmahnya dan mengandung unsur negatif dan positif. Untuk sesi negatif nya, Indonesia khususnya di kota jakarta ricuh, banyak oknum – oknum yang sangat dirugikan dengan tragedi ini, fasilitas – fasilitas negara banyak yang dihancurkan, semula bertema berdemo dengan keadilan malah berubah berdemo dengan kekerasan. tetapi  di dalam hal negatif tentunya ada sisi positifnya yaitu, dengan adanya oknum berbicara seperti itu, secara tidak sadar umat islam disini bersatu untuk mengeluarkan aspirasinya, baik itu ormas Nahdhotul Ulama’, Muhammadiyah, LDII, HTI dan lain sebagainya. Mereka bersatu untuk menegakkan keadilan menurutnya. Padahal dalam kesehariannya mereka di ributkan dengan perbedaan – perbedaan dari pedoman mereka masing – masing. Dengan mahdzab kepercayaan mereka masing – masing.
            Islam, Islam merupakan agama cinta dengan kedamaian, lemah lembut sesuai dengan yang diajarkan Rosululloh SAW kepada umat – umatnya, kalau dilihat dari segi konkritnya manusia, dalam prinsip – prinsip tubuhnya, dalam tubuh manusia tidak mungkin bisa berdiri dengan sendirinya, contohnya tangan, dalam tangan memukul atau menghantam, disini tangan masih membutuhkan kaki, masih membutuhkan bahu agar dalam oposisi menghatamnya bisa sempurna. Jadi kalau ditanya soal tragedi 4-11-16, saya berada dimana, maka saya jawab, saya berada di pasukan cium medan. Kan di dalam peperangan tidak mungkin semua pasukan ikut turun ke medan perang, ada yang namanya pasukan katak, pasukan medan perang, pasukan cium medan. Kalau di pikir – pikir kan tidak mungkin pasukan katak menunjukkan dirinya kalau mereka sebagai pasukan katak. Jadi secara tidak langsung say ikut berperan dalam peristiwa tersebut, meskipun saya tidak terjun langsung ke medan perang.
              Kalau dikaji betul tentang peristiwa kemarin, lebih banyak mana kerugiannya dengan keuntungannya. Apabila umat Islam sadar betul tentang retorika muslihat nya para oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab, sebenarnya umat islam dipecah belahkan, dibuat mereka sesama saudara bertengkar, terpecah belah. Sedangkan orang kristen sendiri hanya bisa melihat dengan tertawa apa yang sedang dilakukan orang Islam. Yang lebih parahnya, orang Islam pun banyak yang lebih mendukung oknum tersebut, sedangkan oknum – oknum kristen sebaliknya, tidak ada yang mendukung umat Islam sedikitpun. Belajarlah berfikir untuk beberapa langkah jangan hanya berfikir selangkah tapi tidak membuahkan hasil.
Kalau di hubungkan – hubungkan dengan Indonesia, tidak ada bedanya, sama saja negara tercinta kita Indonesia yang begitu makmur tapi di makmurkan orang, yang begitu subur tapi di suburkan orang. Banyak tipu – tipu muslihat, sandiwara – sandiwara oknum yang tak bertanggung jawab. Negara ini sudah banyak dijajah dalam hal presepsi manusia, banyak presepsi – presepsi orang indonesia yang dilencengkan orang orang yang tidak senang dengan Indonesia.
             Ingat negara – negara di timur tengah khususnya negara – negara mayoritas islam, contohnya Suriah, Mesir, Arab dan negara lainnya. Bahkan mereka sesama saudara muslim di buat berperang karena pengaruh politik – politik busuknya Amerika yang ingin menguasai negara – negara penghasil minyak terbesar di dunia khususnya negara yang ada di timur tengah. Sekarang ini contohnya mesir, di mesir telah ditemukan sumber minyak terbesar dan sekarang Amerika ingin menjadikan Mesir sebagai negara demokrasi dengan seluk beluk politik nya Amerika, dengan tujuan akhirnya yaitu ingin menguasai minyak – minyak yang ada di Mesir tersebut. Karena Amerika sudah memprediksi bahwa suatu saat nanti persediaan minyak dunia akan mengalami kehabisan dan tujuannya amerika mengumpulkan miyak tersebut adalah supaya negara – negara yang tidak mempunyai persediaan minyak tersebut agar bisa membeli ke Amerika. Namun sekarang yang menjadi pusat dunia adalah Indonesia, Indonesia ini adalah negara yang sulit di hancurkan barat. Orang – orang barat merusak negara ini dengan mempengaruhi ideologi – ideolodi dan pemikiran – pemikirannya orang para petinggi negara, bukan hanya pejabat negara namun para ulama’ Indonesia juga sudah dipengaruhi presepsinya oleh negara – negara luar.
             Negara Indonesia ini istilahnya masih dalam percobaan, atau bisa disebut dengan experiment dari Allah SWT, suatu saat nanti akan ada saatnya kita menemukan hasil dari experiment tersebut. Bila negara ini masih dalam percobaan maka seisinya juga masih dalam percobaan, khususnya presidennya, jadi presiden saat ini itu masih dalam tahap percobaan, bukan dalam tahap hasil akhir.
Sekarang untuk aliran – aliran agama islam di Indonesia, ada banyak sekali contohnya ada NU, Muhammadiyah, LDII, HTI, MTA dan lain sebagainya. Dalam hal ibadah saja umat islam masih banyak pertentangan, masih banyak perdebatan di antara aliran satu dengan aliran yang lain, bagaimana bisa bersatu umat islam, bagaimana bisa bersatu negara ini kalau sebagian besar mayoritas penduduknya tidak bisa bersatu. Kalau mengupas lebih dalam tentang aliran di Indonesia ini sebenarnya Imam Syafi’i, Hanafi, Maliki dan Hambali, sebenarnya tidak bermaksud membuat aliran. Yang membuat aliran adalah para penerus – penerusnya. Saya dalam proses beragama yang patut dianut yaitu hanya Allah dan Muhammad SAW. Misalkan ada 100 penganut Islam maka boleh membuat 100 aliran, tidak apa – apa. Hidup hanya sekali jangan apa kata orang, ambil semua aliran, pilih amaliah – amaliah baiknya kerjakan dan tidak perlu takut untuk berdosa, karena yang menentukan dosa tidaknya seseorang hanyalah Allah SWT.
           Kalau orang sudah berani mengkafir – kafirkan orang menyalah – nyalahkan orang berarti mereka sudah merasa benar, padahal Ulama’, Habaib, bahkan para rasul pun tidak pernah menganggap dirinya benar. Buktinya mereka masih melakukan sholat. Di dalam surah alfatihah ayat ke 6 sudah dijelaskan bahwa disana semua umat manusia masih memohon kepada Allah untuk ditunjukkan ke jalan yang lurus. Kalau misalkan sudah benar mengapa mereka masih berdoa untk ditunjukkan ke jalan yang lurus kalau orang sudah menganggap dirinya merasa benar, maka kalau sholat ketika membaca surah al fatihah khususnya ayat ke 6 harus di hilangkan, karena di merasa sudah merasa benar.
Hidup itu bukan ditangan orang, melainkan di tangan dirimu sendiri. Ciptakan sugesti – sugesti yang baik pada prinsip akalmu, kendalikan akal dan nafsu dirimu sehingga kamu bisa mengendalikan oposisi tubuhmu yang sewajarnya.
Urusan agama jangan di campur adukkan, urusan agama ya agama, negara ya negara. Karena selama kita beribadah kepada kepada Allah ada beberapa hubungan yang harus kita lakukan yaitu Hablumminallah, Hamblum mina nas dan hablum minal alam. Agama juga bagian dari negara mangkanya dibentuklah menteri agama, departemen agama dan seterusnya. Memang islam kebetulan turun di Arab, itu bukan berarti kita harus jadi orang arab, meniru budaya arab. Kita di lahirkan dengan kuasa Allah di tanah Indonesia ini, maka kita harus bisa menjadi orang Indonesia yang sesungguhnya, jangan menjadi orang lain yang bukan pada porsi hak nya kita.
             Indonesia merupakan negara spesialais yang di ciptakan oleh Allah melalui pemikiran dan peradaban zaman yang sesungguhnya. Apa yang tidak ada di Indonesia. Zaman dahulu terbentuknya kerajaan – kerajaan besar yang terkenal di dunia misalnya majapahit, Pajajaran, singosari dan lainnya, kurang apa Allah menciptakan Indonesia ini. Kita menancapkan kayu di tanah Indonesia saja bisa membuah, Kita sebenarnya hanya memetik, tidak perlu untuk menanam. Tapi bangsa kita terutama rakyatnya banyak yang di bodohi oleh sejarah – sejarah yang seharusnya tidak ada tapi di ada – adakan. Sebenarnya dulu 350 tahun itu kita tidak di jajah, melainkan kita berperang, doktrin atau isu seperti itulah yang sampai sekarang beranggapan bahwa kita seakan – akan takut dengan bangsa luar, padahal kita sebenarnya berani mangkanya kita berperang bukan di jajah. Malah yang membuat doktrin seperti itu adalah para sejarawan – sejarawan Indonesia sendiri yang presepsinya di adopsi oleh bangsa – bangsa luar yang sengaja ingin mengacaukan sugesti dan pemikiran rakyat Indonesia. Bayangkan apabila doktrin kita berperang bukan di jajah itu kita tanamkan, kita tuliskan ke dalam buku – buku sejarah yang ada di Indonesia sejak dahulu, kita tanamkan ke pemikiran anak – anak sejak dari dini, maka pemikiran untuk merubah Indonesia yang lebih baik, maka itu bisa saja terwujud. Ada lagi yaitu sejarah yang sebenarnya tidak ada tapi diada – adakan, yaitu permusuhan antara jawa dengan sunda. Sejarah itu terlahir karena rakyat Indonesia teradopsi dengan cerita zaman dahulu patih gajah mada dan prabu siliwangi bertengkar waktu prabu siliwangi ingin mengunjungi kerumah besannya yang ada di jawa. Cerita – cerita seperti itu sebenarnya tidak ada namun di ada- adakan sendiri oleh para sejarawan. Seharusnya sejarawan harus bisa selektif dalam membangun unsur sebuah cerita tersebut.
Bicara lagi soal demokrasi, definisi demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat, yang katanya rakyat mendapatkan hak sepenuhnya untuk memilih pemimpin daerahnya. Namun perlu kita sadari sebenarnya kita bukan memilih, melainkan dipilihkan oleh lembaga yang berwenang untuk memilih calon pemimpin yaitu dari Parpol. Memilih calon saja tidak boleh apalagi memilih presiden, itu yang seharusnya menjadi pikiran kita selama ini. Seharusnya para parpol satu dengan yang lainnya harus bisa berdialektika untuk mencapai indonesia jaya. Idiom seperti itu sangat bertentangan dengan pancasila sila ke 3 yaitu persatuan Indonesia. Dimana sila ke 3 adalah anak kandung dari sila ke 2, kalau sila ke 2 tidak terlaksana maka untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tidak akan pernah tercapai. Kalau kita aktivitas, semua kegiatan sehari – hari kita berlandaskan dengan ketuhanan yang maha esa, apakah negara ini juga memperlandaskan ideologinya dengan ketuhanan yang maha esa. Contoh simpelnya setiap kita merapatkan atau memusyawarahkan suatu masalah apakah pernah kita memperlandaskan dengan tuhan, yang kita putuskan ini apakah sudah benar menurut allah. Itu tidak mungkin. Sekarang orang bermusyawarah bukan untuk menceri jalan mufakat, melainkan mempertahankan pendapat masing – masing, bukan untuk mencari jalan keluar, tetapi ntuk mencari kemenangan. Yang kita lakukan didunia ini adalah bukan mencari kemenangan dalam perlombaan tetapi perlombaan dalam hal  kebaikan.

           Seorang pemimpin harus bisa memperkirakan sesuatu yang ghoib, ghoib adalah sesuatu yang tidak bisa ditebak, analisis suatu pemerintahan harus bisa diraba – diraba. Apa yang harus kita kerjakan harus bisa berdampak baik nantinya untuk Indonesia.
Kita Indonesia membutuhkan pemimpin yang negarawan. Saat ini membutuhkan orang yang berjiwa negarawan sangatlah susah, dimana para pemudahnya. Apapun yang kita lakukan harus berlandaskan dengan ketuhanan yang maha esa. Kalau kita memperlandaskan dengan ketuhanan yang maha esa, maka yang kita lakukan merupakan suatu ibadah. Karena di dalam ibadah itu ada dua yang harus diprioritaskan, yaitu ibadah mahdhoh dan ibadah muamalah. Ibadah mahdhoh adalah ibadah yang langsung di perintah oleh Allah, semuanya telah  tercantum di rukun islam, yaitu Syahadat, sholat, zakat, puasa dan yang terakhir ibadah haji kalau mampu. Sedangkan yang disebut dengan ibadah muamalah adalah ibadah kreasi manusia asalkan bisa mendekatkan diri kepada allah dan itu tidak ada larangannya dalam islam. Dan yang disebut kreasi itulah namanya Bid’ah. Lakukan apapun yang menurutmu benar asalkan itu tidak ada larangannya dan bisa mendekatkan diri kepada Allah karena yang menilai manusia bukanlah manusia sendiri melainkan Allah, jadi sesama manusia dilarang memberi rapot.
           Islam tidak jauh berbeda dengan Indonesia, kita sebagai orang Indonesia harus berani menunjukkan jati diri kita sebagai orang Indonesia, Hanya saja dulu islam turun di arab, bukan berarti kita harus menjadi orang Arab. Islam turun di arab bukan untuk mengarabkan islam, tapi untuk mengislamkan arab. Dan agama islam adalah agama yang paling fleksibel menurut saya, karena agama Islam adalah agama yang bisa menyesuaikan dengan keadaan zaman.
Saya tekankan lagi, kita sebaiknya harus bisa bangga menunjukkan jati diri kita sebagai orang Indonesia, negara ini merupakan negara paling spesial atau istilahnya paling istimewa yang pernah Allah ciptakan. Tetapi banyak rakyatnya yang kurang menyadari akan hal itu, disebabkan kurangnya kepercayaan antara sesama manusia. Bahkan presiden saja kurang percaya kepada rakyatnya, rakyatnya pun kurang percaya kepada pemimpinnya. Itulah yang membuat rakyat kini semakin tidak percaya akan kemampuan yang dimiliki oleh negara ini. Itulah yang membuat anak – anak mudah semakin tidak bisa berkembang dan malas untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya. Karena mereka sadar para petinggi negara hanya sibuk dengan urusan mereka masing – masing. Banyak anak – anak mampu mengembangkan bakatnya dalam bidang apapun, baik itu teknik, elektronik ataupun yang lainnya, tetapi setelah mereka mempunyai hasil, untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah pun sulitnya minta ampun, birokrasi yang semrawut, yang di dipersusah. Bahkan pemerintah untuk mengakui karya anak bangsa pun susah. Bagaimana bisa berkembang kalau birokrasi dan sistem pemerintahannya mbulet seperti itu.
             Sudah dijelaskan di awal, kalau anak mudahnya sadar bahwa Indonesia ini masih dalam tahap percobaan, belum menemukan titik hasil dari sebuah penelitian. Maka indonesia akan terus seperti ini, suatu saat nanti Indonesia dipimpin oleh seorang yang mempunyai sifat negarawan, kita sebenarnya disuruh mengikuti cara jalan pikiran mereka, padahal kita punya jalan pikiran sendiri untuk menentukan apa dan bagaimana kedepannya negara ini.
Kita di Indonesia dipersulit dengan yang namnya birokrasi, kalau birokrasi masih dipersulit maka Indonesia ini masih dan masih dalam masa percobaan.
Di dalam islam saja khususnya ormas – ormas khususnya NU, MUHAMADIYAH, HTI dan lain sebagianya, itu saja di dalam kubu politiknya banyak masalah – masalah internal yang banyak orang tidak mengetahuinnya. Di dalam NU saja sekarang timbul banyak masalah, sesama orang NU nya saja banyak pertikai – pertikaian yang belum terselesaikan, saling menjelekkan di dalam medsos, tanpa dibicarakan, dirundingkan agar masalahnya terselesaikan dan mendapatkan jalan keluar. Seharusnya orang Islam sadar akan hal itu, kalau maslah hanya di bicarakan lewat medsos saja, tidak akan mungkin masalahnya bisa terselesaikan. Hanya semakin memperkeruh keadaan.
Seharusnya kita malu dengan semua itu, NU adalah ormas islam yang terbesar di dunia, bahkan sudah terkenal ke manca dunia, pendirinya adalah seorang ulama’ besar KH. Hasyim Asyari dan para tokoh ulama’ yang medirikan dengan susah payah, tapi sekarang malah diperkeruh dengan masalah-masalah internal yang dihadapi. Mungkin kalau beliau – beliau melihat semua ini air mata akan tertetes dari matanya. Merka sudah memperjuangkan supaya negara ini bisa merdeka tapi anak cucunya yang tidak bisa melihat akan semua itu. Para Ulama’ memang secara jasad nya tidak ada, tapi kalau secara arwah, para ulama’ ditempatkan di tempat yang berbeda. Mereka bisa melihat kita, tapi kita tidak bisa melehat mereka. Itulah istimewanya para ulama’.
Di dalam agama hindu ada yang namanya tingkat – tingkatan, yaitu brahma, kesatria dan sudra. Namun itu bukan tingkatan dalam hal dimensi sosial, melainkan dalam hal hati.
Apabila ada orang, baik itu tukang becak, pemulung atau apapun profesinya, apabila dalam hal keniatannya bertujuan langsung dengan Allah maka itu yang namanya Brahma.
Untuk yang dimensi kesatria adalah seorang pemimpin yang bisa mengendalikan status sosial nya, status politiknya dengan menggunakan hati seorang brahma. Untuk sudra, sudra adalah bila ada seseorang baik itu presiden, menteri, anggota dewan dan lain sebagainya apabila dalam kehidupan politik dan sosialnya hanya mementingakan untung, maka itulah yang dinamakan kaum sudra. Namun pada era – era sekarang yang mempunyai jiwa kesatria adalah sebaliknya bukan kaum brahma, melainkan kaum sudra, mengapa karena mekanisme cara terpilihnya ada unsur – unsur kapitalisme dengan money politik maka yang terpilih adalah kaum sudra, seharusnya yang menjadi kaum kesatria adalah kaum yang mempunyai jiwa kebrahmaan, jiwa yang selalu mementingkan rakyat yang di landasi ibadahkepada Allah SWT.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inner Child itu Nggak Lucu, Malah Jadi Simbol Kemiskinan

Banyak dari kita pasti pernah mengalami rasa ingin kembali lagi ke masa kecil. Ingin mengulangi masa di mana hidup sangat sederhana, sebatas main, tidur dan sekolah. Masalah yang ada pun tidak sekompleks setelah kita tumbuh dewasa. Kalau menurut saya tumbuh besar itu tidak enak.  Satu dari sekian banyak yang dikangeni dari masa kecil adalah masa bermain. Hal itu bukan tanpa alasan, sebagian besar hidup kita saat kecil, dihabiskan dengan bermain. Tak ayal, satu dari sekian kenangan ini bisa sangat membekas bahkan terbawa hingga dewasa. Banyak orang dewasa yang ketika melihat mainan atau permainan, rasa ingin ikut bermain juga ikut tumbuh.  Dari sini saya mulai berpikir, apakah masa kecil tidak ada habisnya? Lihat saja tempat-tempat hiburan seperti pasar malam, tidak sulit melihat bapak-bapak di area permainan yang (mungkin dengan alibi) mengajak main anak mereka. Padahal mereka sendiri sangat ingin memainkan permainan tersebut. Bagi orang dewasa, hiburan seperti mainan atau per...

Bagian yang Sering Dilupakan Saat Memperjuangkan Nasib Masyarakat Kecil

Sumber gambar: Shutterstock.com Gara-gara media sosial, kehidupan manusia sekarang bisa dibedakan menjadi dua bagian, maya dan nyata. Dua jenis kehidupan yang sangat bertolakbelakang. Dunia maya berarti semu, imajinatif, dan mendekati manipulatif. Sedangkan dunia nyata, adalah dunia yang mendekati titik kesadaran. Apa yang kita lakukan hari ini, apa yang terjadi pada kita hari ini, itulah dunia nyata. Bukan yang terjadi besok, apalagi beberapa hari belakangan. Yang jadi pertanyaan, waktu kita, lebih banyak dihabiskan di mana, di dunia nyata apa di dunia maya. Selama 24 jam, berapa jam waktu kita habis di dunia maya. Jika benar lebih banyak di dunia maya, berarti selamat datang dengan duniamu yang serba manipulatif dan seolah-olah diada-adakan. Begitu juga dengan masalahnya. Dua dunia ini memiliki konflik yang berbeda-beda. Dulu, hadirnya masalah dikarenakan kita sering bertemu fisik. Sekarang, dengan dunia maya, tanpa bertemu, tanpa mengenal, justru bisa jadi masalah, bahkan bisa merem...

Cerita Hafidz Quran Bisa Hafal Cepat di Usia Dini, Salah Satunya Menghafal di atas Pohon

Bilal wajahnya tampak sumringah saat ia turun dari panggung wisudah. Sambil menenteng ijasah tahfidnya, ia berlari menghampiri orang tuanya. Tanpa sadar, air mata bahagianya menetes pelan-pelan. Mereka memeluk Bilal dengan penuh syukur. Mereka sangat bahagia, anak bungsunya berhasil menghafal Al-Quran 30 juz di usia yang tergolong sangat dini. Kelas 1 SMA, baru berusia 16 tahun.  Di saat anak seusianya bermain dan bersenang-senang, nongkrong di warung, main game, pacaran, tawuran, dan sebagainya, Bilal mencoba menahan beragam godaan duniawi itu. Bukan berarti ia tidak bermain, tetapi kadar mainnya ia kurangi demi mewujudkan harapan orang tuanya, yaitu menjadi hafidz Quran.  Melarang Anaknya Bermain, tapi Menyediakan Billiard di Rumah Orang tuanya sangat mengerti keadaannya. Meski dibatasi, mereka tidak membiarkan anaknya tidak bermain begitu saja. Mereka mendukung anaknya bermain dengan cara mereka menyediakan media permainan sendiri di rumah. “Di rumah ada kok mainan. PS juga...