Langsung ke konten utama

SEJARAH DAN KEABADIAN MBAH BEKEL

Cerita ini berasal dari sebuah kota yang penuh dengan banyak sejarah, sejarah merupakan titik tombak peradaban kemajuan suatu daerah. Sama halnya dengan Bung Karno yang pernah berkata, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Barang siapa yang lupa dengan sejarah, maka dia akan lupa dengan jati dirinya sendiri. Itu merupakan pentingnya sebuah sejarah, pentingnya untuk mempelajari sejarah. Cerita ini yang semula ada dan diadakan di kota Lamongan, sebelah timur dari kota Lamongan terdapat sebuah desa yang bernama Bapuh Bandung. Jarak antara desa ke Kota Lamongan kira-kira 20 Km. Sedangkan jarak antara desa ke Kota Gresik Cuma 10 Km. Maka dari itu penduduk Timur dari Kota Lamongan ini lebih banyak menghabiskan waktunya di Kota Gresik dari pada ke Kota Lamongan.

Desa Bapuh Bandung merupakan desa yang lumayan banyak penduduknya. Desa yang terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Bapuh, Dusun Bandung, dan Dusun Dukuh Rejo. Tapi cerita yang saya ungkap adalah cerita berasal dari Dusun Bapuh. Dusun Bapuh merupakan dusun yang masih asri dengan persawahan yang sangat luas. Udara sejuk sering menyelimuti desa ini di setiap pagi. Para petani berbondong-bondong membawa senjatanya berupa cangkul, arit dan alat persawahan lainnya. Mereka berbaris bersama-sama untuk menuju sawah mereka masing-masing. Kehidupan guyup rukun memang sudah kebudayaan di Desa ini. Sangat minim dengan cekcok antara tetangga. Bahkan anak kecil pun bisa beranggapan desa ini merupakan surga terkecil yang pernah ia tinggali. Bagaimana tidak, mereka hidup dengan penuh kegembiraan, imaji-imaji terhampas luas untuk meluapkannya di desa ini.

***

Terlepas dari cerita tersebut, ada sejarah desa yang sedikit disembunyikan. Tempat dari sejarah ini terletak di Barat dari desa, sebuah tempat hamparan sawah yang luas. Disana terdapat banyak kuburan-kuburan yang dikelilingi oleh pohon bambu. Pohon tersebut menjulang tinggi dan sangat banyak. Konon kata orang-orang salah satu dari kuburan itu adalah kuburannya Mbah Bekel. Sangat asing memang nama bekel terdengar di telinga. Terlepas dari nama. Mbah Bekel merupakan titik tonggak sejarah Desa Bapuh Bandung. Dia adalah seorang Panglima besar dan ahli dalam bidan tirakat. Sudah sering diketahui, oang yang sering tirakat adalah orang yang sakti mandraguna. Kesaktian Mbah Bekel tidak perlu ditanyakan lagi waktu itu. Sebagai panglima, dia memegang penuh kendali semua pasukan. Setiap peperangan pasukan yang dipimpinnya selalu pulang membawa kemenangan. Namun sangat disayang, di masa kejayaannya, dia masih belum mempunyai seorang Istri.

Pada saat penjelajahannya ke daerah-daerah sekitar, dia dan pasukannya singgah di sebuah desa yang bernama Desa Leran yang terletak di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Disana dia bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik. Gadis itu bernama Putri Kucing. Putri Kucing adalah nama julukan, karena dia perempuan yang sangat cantik dan terkenal dengan kecantikannya.
“Pasukan..!!!!”
“Siap, Panglima”
“Tolong bantu aku untuk mendapatkan perempuan itu..!!”
“Siap Panglima, apapun yang panglima mau, pasti akan saya bantu”
Dalam rasa kecintaannya terhadap Putri Kucing tersebut, terbesit rasa sedih yang mendalam pada dirinya. Kegelisahan itu muncul karena jarak antara Dusun Bapuh dengan Desa Leran sangatlah Jauh, jarak yang ditempuh untuk kesana kira-kira 50 Km. Tetapi Mbah Bekel tidak lah menyerah begitu saja. Dia sadar dengan pangkat yang sudah diterimanya. Dalam hal urusan berperang aku bisa. Tapi dalam hal perempuan aku juga harus bisa menaklukannya.

***

Ketenaran Mbah bekel saat itu tiak bisa dikalahkan lagi. Semua rakyat dalam kerajaannya sangat mengenal betapa hebatnya dia. Bukan hanya sakti mandraguna, dia juga terkenal dengan orang yang sangat kaya raya. Meskipun dia seorang panglima, tapi kekayaan berupa hewan dan perkebunannya sangat banyak dan subur. Para perempuan mengagum-ngagumi dia. Bukan hanya dari kerajaannya saja, melainkan dari luar kerajaannya. Tutur katanya yang sopan dan kesetiaannya kepada raja sangatlah di ajungi banyak jempol.

Tapi sangatlah disayangkan, Putri Kucing adalah permpuan yang sangat beda dengan perempuan-perempuan lainnya. Banyak perempuan-perempuan yang berharap cinta dari Mbah Bekel. Tapi untuk perempuan ini. Seakan-akan dia tidak sama sekali berharap cinta darinya. Itulah yang membuatnya cinta kepada Putri Kucing. Para panglima dari kerajaan lain, bahkan para raja-rajanya pun turut memperebutkan nya. Tapi Mbah Bekel tidak mengenal kata menyerah,
“Meskipun langit sudah suram, lautan tetap terhampar luas, senja tak dapat menutupi fajar, ketika Tuhan berkehendak maka aku akan tetap mempertahankan cinta yang aku punya”.
Ketika suara itu di kumandangkan, seakan langit turut memyaksikannya, petir menyambar dan suara gemuruh angin menghantar do’a pesemayaman hati yang penuh harap dengan Putri Kucing.

***

Semangatnya bagai hujan yang turun dengan deras. Siang malam dia tidak bisa tidur, yang dipikirkan hanya Putri Kucing. Bagaimana cara untuk mendapatkan hatinya. Banyak rintangan yang dilaluinya. Demi cintanya ke Putri Kucing, Dia sering mengadu kesaktian dengan beberapa raja yang tersohor di sekitar kerajaannya. Tetap saja Mbah Bekel terus memenangkannya. Dengan rasa tidak sabar, dia memanggil pasukannya,
“Pasukan..!!!”
“Siap, ada yang bisa saya bantu Panglima.?”
“Tolong kalian cari rumah Putri Kucing, bilang sama dia aku akan melamarnya.”
“Siap Panglima, akan saya laksanakan.”
Setelah beberapa hari pasukannya mencari, waktu yang dibutuhkan untuk pergi ke kediamannya tidaklah cepat. Jarak yang ditempuh sangatlah jauh. Berhari-hari, Mbah Bekel terus memikirkannya. Baru pertama kali dia berpikir tentang seorang perempuan sampai seperti ini. Akhirnya ketika pasukannya pulang dan laporan kepadanya. Dia mendapat kabaryang baik, lamarannya diterima oleh Putri Kucing. Tapi Putri Kucing tidak mentah-mentah hanya menerima begitu saja. Ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi Istrinya. Salah satunya yaitu Mbah Bekel harus membuatkan putri Kucing anyaman yang terbuat dari nasi.

Se sakti-saktinya Mbah Bekel, dia sangat kesulitan membuat anyaman tersebut. Berhari-hari, bermalam-malam, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun dia masih saja tetap tidak bisa membuat anyaman tersebut. Dengan rentan waktu yang cukup lama itu, Putri Kucing pun tetap menanti seorang Mbah Bekel. Entah alasan apa yang mebuat Putri Kucing tetap mempertahankan persyaratan itu. Sampai suatu waktu, Mbah Bekel tetap tidak bisa memenuhi persyaratan yang diinginkan oleh Putri Kucing sampai ajal menjemputnya. Mereka hanya bisa mengabadikan cintanya lewat keabadian yang haqiqi. Yaitu berupa kematian. Kisah itulah yang menjadi kenyamanan Desa Bapuh Bandung. Desa yang penuh dengan kenyamanan dan keasrian.

***

Dusun Bapuh sendiri diambil dari kata “Bapuh”. Dimana yang berarti kuat. Karena dulu konon ceritanya rumah Mbah Bekel sering didatangi oleh sekawanan perampok yang ingin mencuri harta bendanya. Dengan kesaktian yang dimilikinya. Para perampok tersebut dapat dikalahkannya dengan mudah. Maka dari itu “Bapuh” diambil dan dijadikan sebagai nama dusun. Julukan itu sekarang kian melesat merasuki penduduknya. Penduduknya terkenal dengan orang yang tangguh-tangguh. Disini penduduknya terkenal dengan orang yang ahli ibadah, disamping ahli ibadahnya, mereka juga terkenal dengan penghasil ikan dan padi yang cuckup makmur, jika dibandingkan dengan daerah-daerah disekitarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inner Child itu Nggak Lucu, Malah Jadi Simbol Kemiskinan

Banyak dari kita pasti pernah mengalami rasa ingin kembali lagi ke masa kecil. Ingin mengulangi masa di mana hidup sangat sederhana, sebatas main, tidur dan sekolah. Masalah yang ada pun tidak sekompleks setelah kita tumbuh dewasa. Kalau menurut saya tumbuh besar itu tidak enak.  Satu dari sekian banyak yang dikangeni dari masa kecil adalah masa bermain. Hal itu bukan tanpa alasan, sebagian besar hidup kita saat kecil, dihabiskan dengan bermain. Tak ayal, satu dari sekian kenangan ini bisa sangat membekas bahkan terbawa hingga dewasa. Banyak orang dewasa yang ketika melihat mainan atau permainan, rasa ingin ikut bermain juga ikut tumbuh.  Dari sini saya mulai berpikir, apakah masa kecil tidak ada habisnya? Lihat saja tempat-tempat hiburan seperti pasar malam, tidak sulit melihat bapak-bapak di area permainan yang (mungkin dengan alibi) mengajak main anak mereka. Padahal mereka sendiri sangat ingin memainkan permainan tersebut. Bagi orang dewasa, hiburan seperti mainan atau per...

Bagian yang Sering Dilupakan Saat Memperjuangkan Nasib Masyarakat Kecil

Sumber gambar: Shutterstock.com Gara-gara media sosial, kehidupan manusia sekarang bisa dibedakan menjadi dua bagian, maya dan nyata. Dua jenis kehidupan yang sangat bertolakbelakang. Dunia maya berarti semu, imajinatif, dan mendekati manipulatif. Sedangkan dunia nyata, adalah dunia yang mendekati titik kesadaran. Apa yang kita lakukan hari ini, apa yang terjadi pada kita hari ini, itulah dunia nyata. Bukan yang terjadi besok, apalagi beberapa hari belakangan. Yang jadi pertanyaan, waktu kita, lebih banyak dihabiskan di mana, di dunia nyata apa di dunia maya. Selama 24 jam, berapa jam waktu kita habis di dunia maya. Jika benar lebih banyak di dunia maya, berarti selamat datang dengan duniamu yang serba manipulatif dan seolah-olah diada-adakan. Begitu juga dengan masalahnya. Dua dunia ini memiliki konflik yang berbeda-beda. Dulu, hadirnya masalah dikarenakan kita sering bertemu fisik. Sekarang, dengan dunia maya, tanpa bertemu, tanpa mengenal, justru bisa jadi masalah, bahkan bisa merem...

Cerita Hafidz Quran Bisa Hafal Cepat di Usia Dini, Salah Satunya Menghafal di atas Pohon

Bilal wajahnya tampak sumringah saat ia turun dari panggung wisudah. Sambil menenteng ijasah tahfidnya, ia berlari menghampiri orang tuanya. Tanpa sadar, air mata bahagianya menetes pelan-pelan. Mereka memeluk Bilal dengan penuh syukur. Mereka sangat bahagia, anak bungsunya berhasil menghafal Al-Quran 30 juz di usia yang tergolong sangat dini. Kelas 1 SMA, baru berusia 16 tahun.  Di saat anak seusianya bermain dan bersenang-senang, nongkrong di warung, main game, pacaran, tawuran, dan sebagainya, Bilal mencoba menahan beragam godaan duniawi itu. Bukan berarti ia tidak bermain, tetapi kadar mainnya ia kurangi demi mewujudkan harapan orang tuanya, yaitu menjadi hafidz Quran.  Melarang Anaknya Bermain, tapi Menyediakan Billiard di Rumah Orang tuanya sangat mengerti keadaannya. Meski dibatasi, mereka tidak membiarkan anaknya tidak bermain begitu saja. Mereka mendukung anaknya bermain dengan cara mereka menyediakan media permainan sendiri di rumah. “Di rumah ada kok mainan. PS juga...