Langsung ke konten utama

Postingan

Yang MULIA

Tempat macam apa menyulut kami. Sistem macam apa yang mengiris kerinduan kami. Watak tersimpuh pada kotornya keadilan. Awan seakan akan takluk oleh setajam ilalang yang hilang. Hati utuh bergerak namun tertada. Kita memang bisa bicara namun apa? Hanya telunjuk bersaksi adanya. Mulut tersentak tapi tak seotak Janji bisa saja serupa Tapi bukti tak beda nyata Orang-orang melelehkan senja di karangan Kaum suci menajiskan diri di selokan Sedangkan Kaum najis mensucikan diri di belakang pekarangan itu macam rupa tapi tak tertanda Anak cerdas lari di pekarangan orang Demi menuntut saat pengakuan Yang mulia disini bisa apa? Cuma ya ya ya tak berubah Yang mulia sulit dipercaya Hamba mulia pun tak mempercayainya. Mau tidak mau itu yang mulia penjaga daerah wilayahku Wilayah ciptaan tuhan atas kuasanya Ku berdiri setapak dengan tegak di tanah kekuasaanku Terbentak jarak seirama tanpa senoda Kalau hatimu berlandas cinta Maka keikhlasan menggiring sukmamu Kala...

Dari Aku dan Pagi

Belajar pada hari hidup di kesunyian Nikmat merada Aku duduk di sandaran tuhan Bercumbu mesranya sungguh kemesraan tiada tara Kepagian saat ini Berdendang aku beradu Semangat menggebuu nan meracu berbeda kala itu Aku berjanji menggandeng tapi tak jauh ku lihat keatas Simbol merpati tak padu Ku diskripsikan siapa ku tak upaya Tak mengerti tak jauh Bingung ku dengannya Tapi selipan rindu akan ku usaha Namun bekas lipatan ada Dengan dia atas tuhan bertanya siapa dia, aku siapa Hamba tuhan bercinta 11/02/2017, Lamongan

Semu Ragu

Hati semu Suara haru bertabu Hening menyapaku Seakan dirimu bata Bisu untaian tak paru Betapa hening ku dimadu Jejak langkahku tak serapah Sunyi kedua jemari Menampar angin di sudut batu Hampa sembari rindu Tak kunjung sama Belajar akan merindu Tak mengapa aku dimadu Karena hidup aku dibelakang mu Nampak sekilas sabar Tak kunjung rapuh harapannya Esok lusa berbeda Esok ini Lusa, besok nanti Ahmad Baharuddin Surya Lamongan, 17/02/2017

Kala Itu

Semenjak luka bertamabah luka Semenjak cinta tertiup sebelah Kala tak terucap Namun hanya senyap Sendiri makin ada Juga tatkala tak serupa Semenjak hening sulit bertabuh Semenjak mulut tatkala takut Berbisik rindu di kala semu Tapi aku sekejap mangingat Betapa hebat rindu yang tak tentu Seduhan air  terhangat Penghantar kemalangan angan terucap Hanya sepuan debu di padang angin Tergambar semu saat mengambang Cinta harus bertahan selayaknya Tak peduli kembali berupa apa Ahmad Baharuddin Surya Lamongan Kumpulan Puisi Sajak Elok Rupanya Suryaalbahar.blogspot.co.id

Malam Memaknai

Rembulan lahir di kesenjangan sunyi Jalanan menerpa kikisan cerita Gelap ada tanpa rupa yang cair hanya bunyi Menemani lintang kemukus malam lusa Belajar pada sunyi belajar seirama gelap Seakan hari tanpa titik pandang Seelok daun bergetar pada garis jalan angin kemanakah hari tanpa seutas rongga yang berpagutan Hidup adalah kesedihan dalam malam tanpa jeritan Peradaban alam takluk oleh setajam hening Tiada terang tanpa kegelapan tiada pahala tanpa dosa Jiwa-jiwa malang yang tertutup hatinya oleh kegelapan mengaku salah tapi mewarnai dunia kebobrokan aturan tipu daya akal sehat mirip cerobong pantatnya Malam sunyi berdendang waktu bertemu puisi yang ku sembunyikan dari kata-kata Kukaitkan dalam irona seluk bergandeng Tanpa dasar goresan akal langsung mengeja mulutnya tentang gambaran bangsa tanpa kehampaan Meski sunyi, hati akal terpancar dalam rona-rona kerukunan berbudi pekerti Sajak bernegara terbaris beberapa karya andai Lamongan 03/01/...

AHMAD BAHARUDDIN SURYA __PUISI PESAN PENCOPET KEPADA PACARNYA karya WS R...

SAYAP HILANG

Malam puncak cinta membara Akankah terukir di awan huruhara Bergandeng merpati seutas tali berwajah Searah pada bulan, menjulang pada pada irama sehati Kulihat mega merah bergandeng terikat sabuk – sabuk cahaya Ku kaitkan sabuk – sabuk cahaya antara dua hati pilu nan berduka Menggores relung hati tanpa sayap berarti Sepucuk untaian rindu selaras kenangan sendu Ku cari kedua belah sayap yang terbang membawa cerita dan cinta Lenyap tanpa akal Sembunyi tanpa perasaan Terurai dengan buaian Terkecup dua bibir teraib Imajinasi pupus berbaris Daun kuncup terbelah arah Sayap melambung dalam pertengahan hujan Air matamenetes dalam kesucian diri Ku raih sayap dalam martabat tuhan Ku cari sosok dalam pelukan tuhan Perselisihan akan goresan sukma warna kelabu.