Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2022

Memahami Narasi Radikalisme dan Kontra Radikalisme

Gus Hasan merupakan salah satu Gus di Ponpes Qomarudin. Ia tergolong masih muda. Ia lama menggeluti dunia-dunia radikalisme dan kontra radikalisme. Bukan ia masuk dalam jaringan radikalisme, melainkan dalam kegiatan akademisnya ia sering bersinggungan dengan banyak kelompok radikalisme. Otomatis fokusnya mempelajari seluk beluk akar yang mendasari berkembangnya gerakan radikalisme, sekaligus bagaimana upaya pencegahannya. Sejak tahun 2015, Gus Hasan sudah bergabung di Pesantren For Peace. Pesantren ini membentuk jaringan yang sering mengadakan kegiatan training, penelitian, dan pengembangan tentang isu-isu radikalisme. Dan ketika tahun 2016, ia masuk forum tersebut untuk mempelajari dinamika persoalan radikalisme. Gus Hasan memberi gambaran awal mengenai radikalisme. Menurutnya, radikalisme tidak bisa dipahami sebagai tren ideologi yang jauh dari kehidupan manusia. Bahkan kecenderungan paham radikalisme ini letaknya sangat dekat dengan kita sebagai manusia. Keberadaannya yang tanpa tah...

Sastra Akademis dan Sastra Jalanan

  Sastra tak ubahnya seperti gelombang ruh yang mendasar dan tercipta dari lubuk hati terdalam manusia. Utamanya sastra, cenderung memiliki ruh hidup pada setiap bahasa keindahannya. Wujudnya berupa materi, namun kehidupan bahasanya, bisa diselami lebih estetik sampai tersentuh, terenyuh, dan terharu. Tidak jarang, sastra dalam perkembangannya selalu memunculkan polemik yang tiada henti-hentinya dibahas. Saling mematahkan argumen, silang pendapat, sampai pada cibiran pun seolah-olah biasa. Mungkin mereka orang-orang yang sengaja dihadirkan untuk peduli pada dunia sastra. Sehingga perkembangan sekecil apapun tidak boleh terlewatkan. Harus relevan sesuai pemikirannya. Mereka ingin menjaga prinsip, keyakinan, kesucian, dan ideologi sastranya. Yang berbeda, maka berpeluang besar salah. Contoh saja pada kemunculan puisi esaianya Denny JA. Polemik ini sebenarnya sudah lama. Seperti yang diketahui bersama, sosok Denny dikenal bukan sebagai penulis, apalagi sastrawan. Kepiawaiannya di lemb...

Ilmu dan Penyikapannya

  Sebagai orang yang pernah mencicipi lingkungan pondok, meski tidak ikut mondok, saya sedikit tahu bagaimana budaya mereka. Dari cerita-cerita teman, melihat sendiri waktu mereka di pondok, dan sekarang, untuk mengetahui lingkungan pondok, orang tidak perlu terjun langsung ke lokasi, cukup melihat di media sosial sudah bisa. Di sana banyak sekali cuplikan video yang memperlihatkan keanekaragaman hubungan sosial di pondok. Cuma, tahunya hanya sebatas tahu, tidak benar-benar punya pengalaman orisinil. Kultur budaya paling kentara yang coba saya deskripsikan adalah kebiasaan mengantuk para santri. Reliatanya tentu bukan hanya itu budaya mereka. Pastinya beragam dan berwarna. Ini saya tidak menggeneralisasikan semua santri. Kebanyakan mereka yang saya temui menunjukkan kebiasaan semacam itu. Saya pun memaklumi. Mereka seperti itu tentu dengan alasan. Karena kegiatan pondok, terutama ngajinya banyak. Tidurnya pun ikut larut malam. Hampir semua santri mengatakan hal serupa.  Karena...