Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Cak Imam dan Evolusi Sampah

(Pernah dimuat di gresikpos.com dengan edisi revisi) - Semakin banyak sampah di suatu daerah, otomatis banyak juga masyarakat yang peduli terhadap sampah itu. Kerja mereka sebagai penyeimbang di kala banyak sampah yang tidak terurus.  Sama halnya di Kabupaten Gresik. Masalah sampah terus jadi bahan olok-olok di luaran sana. Bila dikaji, akan timbul banyak materi konflik yang tak pernah usai dibahas. Bahkan di masa Pemilihan kepala Daerah (PILKADA) beberapa waktu lalu, sampah dimanfaatkan sebagai objek janji kampanye politik kedua paslon. Kegentingan pengelolaan sampah terjadi dalam kurun waktu yang sangat panjang dan itu tetap berlangsung. Amburadulnya penanganan sampah menjadi momok menakutkan bagi masyarakat setempat karena sudah barang tentu hubungan manusia dengan sampah adalah dua unsur komponen hidup yang terus bersanding, meskipun berseberangan.   Bisa kita lihat bersama bagaimana pemerintah setempat tidak serius menangani sampah di daerahnya. Dari total 356...

Belajar Realitas Hidup di Sekolahan

Semenjak jadi guru baru itu, mau tidak mau Basuki harus belajar kembali materi-materi yang dibuat bahan ajar ke para siswanya. Dari satu teks ke teks lainnya. Per teks diteliti lebih dalam lagi bagaimana maksud dan apa poin-poin yang perlu disampaikan. Ia juga tak lupa mencari-cari referensi model pembelajaran terkini. Maklum saja, satu tahun pasca lulus, ia sama sekali belum pernah berkerja jadi seorang guru. Pernah sekali, itu pun hanya magang di Probolinggo. Meskipun magang, Basuki merasa magangnya tidak seperti pada umumnya.  Kebetulan waktu itu kelompok Basuki berjumlah lima orang. Cocok sama jumlah guru bahasa Indonesia di sana. Sehingga per anak mendapat jatah jam fullnya per guru.  Biasanya anak magang hanya diberi sebagian waktu saja, tetapi untuk hal ini berbeda. Semua waktu pelajaran dialihkan ke anak magang. Meski magang, Basuki dan beberapa temannya tidak seperti magang, tapi sudah sama seperti guru.  Ia hanya diberi waktu kosong saat pembukaan PP...

Jalan Ninja Baru bagi Basuki

Saat pertama kali Basuki jadi guru Bahasa Indonesia, ia masih heran dengan dirinya sendiri, karena tiap kali menatap cermin, batinnya selalu bilang : "Apakah saya pantas menjadi guru?". Pertanyaan itu berulang kali ditanyakan pada dirinya sendiri. Mirip pertanyaan retoris yang tidak perlu dijawab, lantaran pertanyaannya itu mengandung makna penegasan.  Seolah-olah penegasan tersebut ditujukan untuk menegaskan dirinya sendiri kalau ia harus benar-benar yakin dengan profesi keguruannya. Ketakutan semacam itu sering juga dialami banyak orang. Bukan hanya Basuki. Apalagi semenjak ia mengambil jeda selama setahun untuk bekerja di bidang lain, kemudian kembali lagi ke dunia asalnya menjadi seorang guru. Pasti rasa deg-degan itu muncul begitu saja. Sama halnya ketika ia menjalani praktik mengajar di Probolinggo waktu itu. Sepintas ia merasa wajahnya masih muda dibanding para siswanya. Sehingga ia memutuskan membuat pilihan untuk membiarkan kumisnya tumbuh. Keputusan itu ...