Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

KEADILAN MILIK SEMUA MANUSIA

Mungkin bisa saya usulkan kalau Indonesia harus bisa memberi pengarahan, pengayoman atau lebih mempererat sistem kemesraan dan hubungan sosial yang baik dari pada saling membenci sesama manusia yang lain. Orang saling menikam dari belakang, orang tidak henti-hentinya mencari aib atau kesalahan orang lain. Tidak ada yang lebih nikmat ketika orang belum menyalahkan orang lain. Banyak orang kurang puas memakan nasi sebagai kebutuhan primernya. Dia lebih memilih makan gunjingan orang lain yang menurunkan harga diri saudaranya sendiri. Saat ini bukan lagi krisis moneter seperti pada era Presiden Soeharto, semua rakyat krisis pangan, uang dan berbagai kebutuhan pokok lainnya. Bukan itu masalahnya, tapi masalahnya adalah krisis harga diri, krisis keadilan, krisis sosial, krisisnya orang-orang yang tidak bisa menghargai satu sama lain. Sesama manusia, entah itu kelompok, individu, ras ataupun golongan tidak berhak mendiskriminasi sesama manusia. Manusia adalah makhluk Tuhan,...

Antropomorfisme Mangga dalam Cerpen Lalijiwo Karya Wina Bojonegoro

Cinta selalu menemukan bagaimana caranya kembali. Kembali ke tempat di mana cinta itu perlu ruang untuk menuangkannya. Ibarat tulisan, sebuah tulisan tidak bisa berdiri hanya sebagai tulisan, ia terdiri dari beberapa huruf, kata, kalimat sampai beberapa paragraf. Seperti itulah cinta, jika tidak ada tempat untuk berpijak, maka komponen-komponen di dalam cinta terkadang menjadi pudar dan semakin pudar maka semakin menghilang. Oleh karena itu, cinta tidak bisa lahir dan hilang tiba-tiba. Cinta pasti ada sebab akibat kenapa cinta bisa tumbuh, semakin disiram, justru semakin subur, semakin dirawat, semakin bagus strukturnya. Jadi bukan hanya tumbuhan yang bisa dirawat, namun cinta juga butuh hal yang serupa, karena cinta hidup, di dalamnya ada hasrat dan dorongan dari diri manusia untuk selalu bersama, di sampingnya, dan selalu ada untuknya. Di sisi lain, rasa cinta juga sebagai pembatas untuk sesuatu yang dicintainya. Hal tersebut tentu menjadi salah satu daya negatif ...

Kamui, Ninja yang Berlari Menghilangkan Kesepiannya

Sumber gambar:IMDb Abad ke-17 pada era Tokugawa di sebuah pedesaan miskin lahir seorang anak laki-laki bernama Kamui. Tokugawa atau nama lainnya Keshogunan Tokugawa. Tokugawa Bakufu (1603-1868), dan Keshogunan Edo merupakan diktator militer feodalisme di Jepang yang didirikan Tokugawa Leyasu. Saat itu juga disebut dengan zaman Edo, karena ibu kotanya terletak di Edo atau sekarang lebih dikenal nama Tokyo.  Kehidupan Kamui sangat memprihatinkan, karena semasa kecil ia dikucilkan oleh masyarakat Hirarki. Tetapi dengan seiring berkembangnya waktu, Kamui tercipta menjadi pemuda kuat dan tahan banting, lantaran setiap hari hidupnya penuh tekanan, himpitan, dan kekhawatiran.  Dari pengalaman itu, ia berlatih jadi Ninja yang kuat. Dia mempunyai keinginan sangat kuat yaitu hidup bebas, hidup sendiri sesuai kehendaknya, tidak ada batasan-batasan atau tekanan di luar dari dirinya. Ninja merupakan jalan hidup yang sudah dijalaninya, tetapi juga ditinggalkan. Naluri seorang Kamui member...