Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Yang MULIA

Tempat macam apa menyulut kami. Sistem macam apa yang mengiris kerinduan kami. Watak tersimpuh pada kotornya keadilan. Awan seakan akan takluk oleh setajam ilalang yang hilang. Hati utuh bergerak namun tertada. Kita memang bisa bicara namun apa? Hanya telunjuk bersaksi adanya. Mulut tersentak tapi tak seotak Janji bisa saja serupa Tapi bukti tak beda nyata Orang-orang melelehkan senja di karangan Kaum suci menajiskan diri di selokan Sedangkan Kaum najis mensucikan diri di belakang pekarangan itu macam rupa tapi tak tertanda Anak cerdas lari di pekarangan orang Demi menuntut saat pengakuan Yang mulia disini bisa apa? Cuma ya ya ya tak berubah Yang mulia sulit dipercaya Hamba mulia pun tak mempercayainya. Mau tidak mau itu yang mulia penjaga daerah wilayahku Wilayah ciptaan tuhan atas kuasanya Ku berdiri setapak dengan tegak di tanah kekuasaanku Terbentak jarak seirama tanpa senoda Kalau hatimu berlandas cinta Maka keikhlasan menggiring sukmamu Kala...

Dari Aku dan Pagi

Belajar pada hari hidup di kesunyian Nikmat merada Aku duduk di sandaran tuhan Bercumbu mesranya sungguh kemesraan tiada tara Kepagian saat ini Berdendang aku beradu Semangat menggebuu nan meracu berbeda kala itu Aku berjanji menggandeng tapi tak jauh ku lihat keatas Simbol merpati tak padu Ku diskripsikan siapa ku tak upaya Tak mengerti tak jauh Bingung ku dengannya Tapi selipan rindu akan ku usaha Namun bekas lipatan ada Dengan dia atas tuhan bertanya siapa dia, aku siapa Hamba tuhan bercinta 11/02/2017, Lamongan

Semu Ragu

Hati semu Suara haru bertabu Hening menyapaku Seakan dirimu bata Bisu untaian tak paru Betapa hening ku dimadu Jejak langkahku tak serapah Sunyi kedua jemari Menampar angin di sudut batu Hampa sembari rindu Tak kunjung sama Belajar akan merindu Tak mengapa aku dimadu Karena hidup aku dibelakang mu Nampak sekilas sabar Tak kunjung rapuh harapannya Esok lusa berbeda Esok ini Lusa, besok nanti Ahmad Baharuddin Surya Lamongan, 17/02/2017